30 C
Semarang
Saturday, 12 April 2025

Jejak Pahlawan Nasional Gatot Soebroto di Ungaran, Rumah Tinggalnya Jadi Private Museum

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Jejak Pahlawan Nasional Jenderal TNI (Anumerta) Gatot Soebroto diabadikan dalam museum. Namanya Private Museum Gatot Soebroto. Museum ini menempati bekas kediaman Gatot Soebroto di Jalan Brigjen Sudiarto, Kelurahan Ungaran. Seperti apa?

Rumah itu berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Bentuk rumahnya masih asli dengan banyak jendela. Rumah peninggalan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat 1956-1962 itu sekarang dijadikan private museum untuk menyimpan barang-barang peninggalan Gatot Soebroto. Terdapat kurang lebih 10 ribu foto aktivitas Gatot Soebroto di museum tersebut, ditambah 5 ribu foto yang berada di Jakarta. Namun tidak semua foto bisa dipajang karena disesuaikan dengan ruangan yang ada.

Cucu Gatot Soebroto, Lawrence Locsin Sardjono, mengatakan, alasan untuk membuat private museum ini agar nantinya keluarga besar serta cucu atau cicitnya bisa mengenal sosok Gatot Soebroto sebagai bagian dari keluarga bukan sebagai seorang jenderal.

“Jadi, dulu saya kan dari Jakarta, Mas. Kebetulan saya ke sini nemu barang-barang dari kakek yang menurut saya mungkin keluarga kurang mengerti. Seperti misalnya tongkat komando, pisau untuk berburu, dan cangklong,” ungkapnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Pembukaan private museum tersebut pada 10 Oktober 2021 silam. Dipilih tanggal 10 Oktober karena bertepatan dengan kelahiran Gatot Soebroto. Sebelum menjadi museum, rumah ini pernah ditinggali oleh beberapa orang, termasuk Gatot Soebroto sendiri. Ia pernah tinggal di rumah tersebut kurang lebih tiga tahun pada 1953 hingga 1956. Kemudian juga ditinggali untuk sementara oleh Kolonel Iskandar.

“Setelah itu, sepertinya pernah ditempati oleh adiknya nenek, tapi hanya sebentar saja. Jadi, semenjak itu, tidak ada yang menempati. Saya di sini sudah enam tahun sejak 2016,” katanya.

Rumah yang dijadikan private museum tersebut terdapat empat ruangan. Untuk ruangan pertama tepat di pintu masuk seperti ruang tamu dan disambut dengan berbagai patung koleksi Gatot Soebroto, serta terdapat foto-foto  pria kelahiran Banyumas, 10 Oktober 1907 tersebut dengan para petinggi pada saat itu. Kemudian di ruangan selanjutnya merupakan ruangan kerja, di mana terdapat beberapa benda koleksi Gatot Soebroto, seperti tongkat komando, cangklong, tanda pangkat, serta seragam.

Ruangan selanjutnya merupakan ruangan tidur. Terdapat dua tempat tidur dan lemari yang berisikan pakaian dan seragam milik Gatot Soebroto. Ada juga ruangan pertemuan dengan ukuran memajang, di mana terdapat beberapa koleksi buku bacaan Gatot Soebroto.

“Untuk koleksinya kebanyakan sudah ada di sini, dan sebagian ada yang kita bawa dari Jakarta. Karena kakek kan lama menjabatnya di Jakarta tahun 1956 sampai 1962. Ada beberapa barang yang ada di Jakarta, seperti tongkat komando dan seragam,” ujarnya.

Lawrence mengatakan, yang menonjol itu foto-foto yang membuktikan Gatot Soebroto sebagai jenderal tanpa sekat. Di mana ia merupakan sosok yang dekat dan bergaul akrab, membaur dan menyatu dengan rakyat. Seolah tidak ada sekat jabatan yang memisahkan. Bahkan Gatot Soebroto tidak segan untuk bersentuhan langsung tanpa menjaga jarak.

Menurutnya, foto-foto tersebut sudah menggambarkan sosok Gatot Soebroto, serta menonjolkan sosok humanisnya. Untuk sementara museum ini masih belum dibuka untuk umum, dan hanya bisa dikunjungi melalui reservasi. Karena dari segi keamanan, masih belum terjamin.

“Yang reservasi lumayan banyak, Mas. Kebanyakan dari Semarang dan Jakarta. Tapi, kebanyakan tetap dari TNI, karena mereka kalau ada upacara di makam, setelah itu kesini,” ungkapnya.

Untuk ke depannya, private museum ini akan dikelola keluarga, dan nanti akan dilengkapi dengan barang-barang koleksi yang ada. Karena saat ini masih dalam berbentuk galeri, dimana mayoritas yang dipajang foto-foto Gatot Soebroto, baik saat bersama keluarga, masyarakat, hingga bertemu dengan para petinggi masa itu. Jika nantinya sudah lengkap koleksinya, lanjut dia, rencananya akan dibuka untuk umum.

“Ini juga bukan income generating. Kita juga tidak ada biaya untuk masuk museum. Kita hanya mau menarget orang yang benar-benar mau tahu tentang kakek. Jadi, agar orang-orang tahu kakek itu orangnya seperti apa,” katanya. (nun/aro)

Reporter:
Nurfa’ik Nabhan

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya