RADARSEMARANG.COM – Siswati Tri Pudji Astuti berhasil sembuh dari Covid-19. Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Demak ini punya tips cepat sembuh dari penyakit mematikan ini.
Siswati Tri Pudji Astuti tidak mengira dirinya terkonfirmasi positif Covid-19. Awal Agustus 2020 lalu, ia mengalami gejala mirip flu biasa. Meriang atau gemreges alias badan terasa tidak enak. Saat itu, ia sempat tidak masuk kantor sehari. Lalu, kembali masuk kantor seperti biasa lantaran kondisi tubuh dirasa lebih enak. Hari berikutnya kambuh lagi. Badan terasa tidak enak lagi.
“Gemreges, adem panas seperti gejala flu dan pilek,”ujar perempuan yang akrab disapa Mbak Uci ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Siswati pun mulai curiga dengan kondisi kesehatannya. Ia menerima saran dari teman-temannya agar melakukan pengecekan diri. Sebab, gejala yang dialami mirip Covid-19.
“Saya disarankan untuk mencium benda maupun cairan yang berbau. Apakah indera penciuman saya masih terasa atau tidak? Sebab, dikhawatirkan terkena Covid-19. Kebetulan ada satu kantor yang juga terkena Covid-19,”katanya.
Uci pun melakukan saran tersebut. “Saya mencoba mencium bau minyak kayu putih. Tapi, ternyata tidak ada baunya. Hidung saya terasa tidak bisa membaui minyak kayu putih itu. Saya pun makin curiga,”ujar ASN di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokompim) Setda Pemkab Demak tersebut.
Kekhawatiran Uci pun berlanjut. Oleh atasannya, ia disarankan untuk beristirahat terlebih dulu di rumah. Sebab, waktu itu belum terpikirikan untuk melakukan swab test. Setelah teman sekantor diketahui meninggal dengan terkonfirmasi positif Covid-19, Uci pun akhirnya turut swab test masal.
“Teman sekantor kemudian menjalani swab test, termasuk saya,”kata istri Abi Zulfikar Nur Ramadan ini.
Dari hasil swab test masal itu, Uci pun diketahui positif Covid-19. Meski positif, kondisi tubuh dia terasa membaik. Kekhawatiran pun berlanjut. Ia takut keluarga tertular. “Alhamdulillah, keluarga aman dan tidak tertular,”ujarnya.
Uci pun melakukan isolasi diri selama 14 hari di rumahnya, Perum Wijaya Kusuma (Wiku) II, Jalan Cempaka VIII, Desa Katonsari, Kecamatan Demak Kota. Selama isolasi dijalani, kebutuhan makan-minum dibantu para tetangganya. Uci berjuang bisa sembuh dari paparan Covid-19 tersebut.
“Saat isolasi di rumah, saya tetap menjalani protokol kesehatan (prokes), termasuk pakai masker dan jaga jarak dengan anak dan suami. Memisahkan alat makan-minum,”kata ibunda Raka Maulana SR dan Ristiya Qanita R ini.
Selama isolasi, Uci menyusun jadwal khusus kebutuhan yang harus dipenuhi, utamanya pemenuhan asupan gizi dan vitamin. Tiap hari selama isolasi, ia rutin mengonsumsi obat-obatan herbal. Mulai pukul 06.00 pagi misalnya, ia wajib minum lemon peras dan air hangat. Kemudian, pukul 07.00, minum teh dan british propolis. Pukul 08.00 dilanjut minum tetes herbal.
Pukul 09.00 minum obat antibiotik. Pukul 10.00 minum obat China (Linhua), pukul 11.00 minum tetes herbal lagi. Kemudian, pukul 12.00 minum herbal habbatussauda, pukul 13.00 minum madu kurma, pukul 14.00 mengonsumsi vitamin C dan E serta tetes herbal. Pukul 15.00 vitamin E, pukul 16.00 minum teh dan MKP, pukul 17.00 tetes herbal, pukul 18.00 habbatussauda, pukul 19.00 antibiotik, pukul 20.00 minum obat China lagi, pukul 21.00 minum air garam dan pukul 21.30 minum susu.
“Jadi, setiap jeda satu jam saya minum obat-obatan yang telah saya jadwalkan. Itu saya lakukan tiap hari selama isolasi,”ujarnya.
Dengan ikhtiar tersebut, Uci kini telah terbebas dari Covid-19. Sekarang, kata dia, yang masih rutin diminum adalah lemon peras dan air hangat. Juga herbal, rebusan jahe campur kayu manis.
Selain minum obat-obatan herbal, Siswati juga lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain memperbanyak membaca salawat nabi, ia juga rajin membaca Alquran dan salat tepat waktu.
“Selain beribadah, juga berusaha selalu gembira. Selama isolasi saya juga menghibur diri dengan bermain Tik Tokan bersama anak wedok. Guyonan sama anak-anak dengan tetap patuhi prokes,”ungkap Uci.
Meski demikian, ia menghindari menonton tayangan tentang Covid-19, termasuk yang membahas hipoksia atau sesak nafas yang mengakibatkan orang yang terkena Covid bisa meninggal.
Setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan menjalani isolasi 14 hari, Uci merasa lega. “Karena pasca 14 hari sudah tidak ada gejala lagi, maka saya pun dianggap telah sembuh dan masuk kantor lagi,”katanya.
Pengalaman lain apa yang dialami itu, Uci merasa sedih. Sebab, anaknya tidak bisa bermain bebas. Teman-temannya pun sempat menjauh. “Pelajaran yang dapat dipetik adalah, kalau ada orang yang terpapar Covid-19, maka jauhi penyakitnya dan bukan orangnya,”katanya. (hib/aro)