27.1 C
Semarang
Tuesday, 6 May 2025

Video Diambil Terpisah, Musik sempat Tersandung Hak Cipta

D’Bama, Tim Pantomim SDN 5 Batursari, Mranggen, Demak Raih Juara Nasional

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – D’Bama, tim pantomim SD Negeri 5 Batursari, Mranggen, Demak baru saja meraih juara I Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2020. Tim yang mewakili Jateng ini terdiri atas dua siswa, Reva Oktavia dan Eben Haizerreviano Silaban.

Informasi kelanjutan FLS2N 2020 itu diterima mendadak oleh Kepala SDN 5 Batursari Wahyuningsih Rahayu. Hanya sehari sebelum batas pengumpulan video aksi pantomim. Karena pandemi, lomba dilakukan secara daring. Meski sempat kaget karena mendadak, pihak sekolah, termasuk dua personel D’Bama, Reva Oktavia dan Eben Haizerreviano Silaban tak patah arang. Mereka justru lebih bersemangat.

“Waktu itu saya kaget. Tapi ya sudah, pokoknya harus maju. Niatnya, setelah pengumuman itu, kami akan langsung mengambil video dan mengunggahnya sesegera mungkin,” kata Wahyuningsih ketika ditemui RADARSEMARANG.COM di ruang kerjanya, Selasa (6/10/2020).

Mewakili sekolahnya bertarung di tingkat nasional, Reva Oktavia dan Eben Haizerreviano Silaban berlatih lebih giat. Beruntung, batas waktu pengumpulan diperpanjang. Mereka pun punya cukup waktu untuk memberikan penampilan terbaik.

“Berkat perpanjangan waktu, kami punya waktu sebelas hari. Kami gunakan waktu itu untuk terus berlatih,” ungkap sang pelatih, Teguh Satriyo.

Dikatakan, sesi latihan dibagi menjadi dua dengan durasi sekitar satu setengah jam per hari. Pertama, latihan bersama, di mana Reva dan Eben saling berinteraksi sesuai peran. Kedua, latihan tunggal. Teknik latihan tersebut digunakan Teguh secara rutin, sehingga anak didiknya betul-betul paham gerakan sendiri maupun gerakan lawan main.

Selain melatih teknik, Teguh memang memacu semangat anak didiknya. Sejak awal, ia menegaskan kepada Reva dan Eben agar tidak malu. Mereka harus percaya diri dan mau berlatih dengan gigih.

Ihwal persiapan lomba, meski punya waktu cukup panjang, menurut Teguh, dalam persiapannya mereka tertantang oleh sistem jarak jauh karena pandemi. Jadi, proses pengambilan video dilakukan secara terpisah di rumah masing-masing.

“Makanya, saya benar-benar meminta mereka menikmati permainan,” katanya.

Kendala lainnya, musik latar dalam video yang mereka unggah di YouTube sempat tersandung hak cipta. Namun, lagi-lagi gerak cepat tim menghasilkan solusi cepat pula. Kata Wahyuningsih, saat masalah tersebut datang, mereka buru-buru menciptakan musik latar sendiri.

“Waktu itu, langsung menghubungi siswa lain yang kebetulan bisa main drum. Jadinya, kami bikin musik latar sendiri dari gebukan drum dia,” ujar Wahyuningsih.

Kerja keras D’Bama berbuah manis. SDN 5 Batursari dinyatakan menjadi juara 1 tingkat nasional. Ini adalah pencapaian yang membanggakan. Mengingat sebelumnya, kata Wahyuningsih, SDN 5 Batursari baru bisa juara di tingkat kecamatan.

Gelar juara ini memberikan rasa bangga tersendiri bagi Reva. Ini adalah pencapaian tertingginya di bidang pantomim setelah dua kali kompetisi. Sebelumnya, Reva baru bisa menjadi juara 2 di tingkat kecamatan. Prestasi yang ia raih bersama D’Bama di masa pandemi ini pun membuat siswi kelas 6 tersebut mendapat pengalaman berharga.

“Saya senang bisa membanggakan keluarga dan membawa nama baik sekolah,” kata Reva. “Selain itu, saya seneng bisa berinteraksi dengan Pak Menteri Pendidikan lewat Zoom,” imbuhnya.

Sementara bagi Teguh sendiri, sebagai pelatih ia sangat terkesan dengan proses dan sistem lomba yang dilakukan secara daring ini. Menurut Teguh, jujur itu mahal. Sebab, bermain satu cerita dengan dua tokoh di tempat yang berbeda itu sangat susah. Mereka tak boleh melanggar meski sangat bisa dilanggar.

“Kami taat dan tetap berusaha mengemas pementasan yang benar-bentar nikmat dan bisa dinikmati,” kata Teguh. “Kuncinya adalah adu strategi,” tegasnya.

Bukan sekadar untuk lomba, tapi menjadi bagian ekstrakurikuler. Kendati persiapan D’Bama di FLS2N kali ini terbilang mendadak, penampilan pantomim dari SDN 5 Batursari bukan produk cepat saji. Pasalnya, pantomim di sekolah ini memang sudah menjadi program ekstrakurikuler. Tergabung dalam ekstrakurikuler Seni dan Pertunjukan, menurut Wahyuningsih, mereka punya bibit-bibit berbakat di bidang pantomim. Hanya saja, untuk mewakili lomba mereka mengajukan siswa terbaik.

Ekstrakurikuler pantomim menjadi salah satu yang banyak diminati. Sebelum pandemi, mereka berlatih bersama Teguh seminggu sekali. Latihan dihentikan memang karena pandemi.

“Sebelum pandemi latihan seminggu sekali. Ya, buat semua ekstrakurikuler. Pas pandemi ini, latihan difokuskan untuk yang ikut lomba saja,” kata Wahyuningsih.

Program ekstrakurikuler Seni dan Pertunnjukan di SDN 5 Batursari bukan program main-main. SDN 5 Batursari tergolong sekolah dasar yang cukup serius mewadahi minat dan bakat siswa melalui program ekstrakurikuler. Bahkan, untuk tenaga pelatih, Wahyuningsih mempercayakannya pada tenaga profesional dari luar sekolah atau non guru. Tujuannya agar lebih tepat dan bisa lebih fokus.

“Untuk ekstrakurikuler, kami punya tim pelatih sendiri. Soalnya kalau dari guru kan nggak bisa maksima,” ujarnya. (cr3/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya