RADARSEMARANG.COM, MAGELANG – Buntut kerusuhan yang terjadi pasca aksi Aliansi #MagelangBergerak pada Kamis (27/9) sore, Polres Magelang Kota telah mengamankan 59 orang yang didominasi para pelajar. Selain mengamankan terduga provokator kerusuhan tersebut, polisi juga menaksir kerugian akibat kerusuhan tersebut mencapai Rp 150 juta dengan total korban luka sebanyak 14 orang, baik dari pihak keamanan maupun peserta aksi.
Kapolres Magelang Kota AKBP Idham Mahdi mengatakan, pihaknya masih memeriksa secara mendalam terhadap 59 orang yang diamankan. Seluruh penyidik di Polres, Polsek dan bantuan dari Polda Jateng dikerahkan. Sejauh ini belum ada yang dijadikan tersangka.
“Sampai dengan ini kita masih terus dalami. Nanti kalau sudah ada yang ditentukan sebagai tersangka kita akan pers rilis kembali,” katanya.
Idham menegaskan, dari 59 orang yang diamankan tersebut didominasi oleh pelajar baik dari kota maupun luar Kota Magelang. “Dari 59 orang tersebut, kategori dewasa 28 orang, kategori anak-anak ada 31 orang. Kemudian kita pecah lagi pelajar ada 53 orang, mahasiswa ada 1 orang dan swasta ada 5 orang. Untuk 59 orang yang diamankan tersebut, dirinci lagi dari Kota Magelang ada 12 orang, dari Kabupaten Magelang sebanyak 46 orang dan satu orang berasal dari Kabupaten Temanggung,” tegasnya.
Jumlah korban yang terdampak akibat kericuhan kemarin ada 14 orang dari berbagai pihak. Para korban ini, menurut Idham, kebanyakan mengalami luka ringan dan menjalani rawat jalan. Mereka terdiri dari 3 personel Polri, 1 personel TNI, 1 personel Dishub, 6 pelajar, 1 mahasiswa dan 2 pegawai swasta.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Magelang, Suryantoro mengatakan salah satu stafnya yakni E Kus Prayogi terluka di mata akibat insiden kerusuhan di kantor DPRD Kota Magelang. Kus kini dirawat di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. “Di Sardjito itu menunggu karena malam tadi ada dua yang harus dioperasi. Kebetulan Mas E Kus Prayogi itu jadwal yang kedua,” bebernya.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menyayangkan terjadinya insiden pelemparan batu dan perusakan sejumlah barang milik Pemkot Magelang. Demo harusnya hanya menyuarakan aspirasi dan berjalan damai dan santun hingga selesai. “Yang demo kan mahasiswa, mahasiswa itu kan kaum intelektual, harusnya tidak terjadi hal seperti itu. Namun, saya menduga yang rusuh kemarin bukan dari mahasiswa, mungkin ada kelompok lain yang menunggangi,” tandasnya.
Sigit mengaku, sebelumnya sudah ada sinyal aksi demonstrasi akan berjalan tidak semestinya. Namun, dirinya masih memiliki prasangka baik aksi akan berjalan tertib dan damai dari awal sampai akhir. “Eh benar kejadian. Saya dilapori, ada juga anak-anak pelajar SMK, bahkan SMP yang ikut. Anak-anak SMP ini kok bisa ikut-ikutan, arahnya demo untuk apa barangkali tak tahu,” tuturnya.
Terpisah, Koordinator Umum Aliansi #MagelangBergerak, Siam Khoirul menyampaikan bantahan jika aksi damai yang dilakukan pihaknya tersebut ditunggangi. Aksi yang dilakukan sesuai dengan komitmen awal, hanya menyampaikan aspirasi sesuai dengan adanya ruang demokrasi. “Untuk berjalannya aksi kemarin jika memang terdapat begitu banyak tindakan-tindakan di luar praduga kita setelah massa aksi bubar, saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada warga Kota Magelang, kepada bapak/ibu kepolisian, bapak/ibu yang bertanggungjawab terhadap jalannya aksi juga,” jelasnya. (had/ton)