RADARSEMARANG.COM, Semarang – Badan Perencanaan Pembagunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang menggelar Outlook Ekonomi 2023. Dengan tema “Optimisme Kota Semarang Menghadapi Prediksi Resesi Global,” di Hotel Neo Candi Semarang, Selasa (13/12).
Kepala Bidang Perencanaan Perekonomian Bappeda Kota Semarang, M Luthfi Eko Nugroho, menjelaskan setiap akhir tahun Bappeda Kota Semarang memprediksi ekonomi tahun depan. Berdasarkan data yang sudah terkumpul selama satu tahun terakhir diprediksi inflasi dan resesi 2023.
“Maka kita mengumpulkan stakeholder Outlook Ekonomi 2023 seperti apa,” katanya.
Ia menambahkan target laju nasional di bawah lima atau maksimal lima. Di bulan November 5,15, kata dia, tetapi ada Natal dan Tahun Baru (Nataru) pasti naik inflasinya.
“Selain kita memprediksi akhir tahun seperti apa, tahun depan kita harus lihat sektor berkontribusi, mana yang kita tingkatkan dan didorong. Dan kebijakan pemkot itu seperti apa,” katanya didampingi oleh Kepala Bappeda, Budi Prakosa.
Di tahun 2021 lalu, laju ekonomi Kota Semarang 5,16. Diprediksi 2022 menggunakan tiga skenario, yakni optimis di angka 7,5. “Moderatnya 6, dan pesimisnya 5, lah. Trennya naik,” katanya.
Pihaknya akan memperkuat 4K untuk membentuk laju pertumbuhan ekonomi. Seperti menjaga konsumsi atau daya beli masyarakat.
“Kita beri fasilitas-fasilitas seperti pasar murah, menggratiskan pelayanan publik dan mempermudah akses konsumsi supaya ekonomi dapat berputar,” katanya.
Selain itu, K yang kedua yakni keterjangkauan harga. Pemkot Semarang memastikan harga penghasil di Semarang sama. “Kita subsidi transportasi, kita MOU di daerah penghasil. Kalau naik, kita adakan operasi pasar,” katanya.
K yang ketiga, ketersediaan pasokan dan lancar distribusi. Pihaknya turun dan intens ke pasar. Kemudian K yang keempat komunikasi dengan masyarakat.
“Inflasi boleh, resesi boleh. Tapi jangan panik. Sehingga ada panic buying, menimbun dan lainnya. Tetap optimis dan waspada,” katanya.
Pihaknya akan fokus dengan 4K untuk menekan harga yang naik. Khususnya energi dan pangan. “Outlook ini kita memprediksi seperti apa,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Semarang, Arnaz Agung Andrarasmara, menjelaskan dalam menghadapi resesi ini merupakan momentum agar saling berkolaborasi dalam satu pemikiran. “Kita tidak perlu takut,” katanya.
Resesi ini sangat bisa diabaikan kalau barang-barang lokal produk dalam negeri ditingkat. “Di sini peran UMKM lebih ditingkatkan, dan kebijakan moneter pro pengusaha. Harus ada government wil yang jelas,” katanya.
Karena saat pandemi, Kota Semarang sudah melewatinya dengan kolaborasi bergerak bersama jogo tonggo. “Para pengusaha dibangun UMKM dengan moneter yang pro,” katanya.
Salah satu peserta, Riyanto, mengungkapkan harus perlu optimis dan tidak perlu khawatir. “Kita jangan sampai ketergantungan produk luar negeri,” kata sekcam Semarang Utara.
Di Semarang Utara sangat banyak potensi seperti kerajinan tangan, pengasapan ikan, dan banyak UMKM. “Di Semarang Utara ada urban farming dengan memanfaatkan lahan kosong sehingga dapat dikonsumsi oleh warga sendiri,” jelasnya. (fgr/web/bas)