31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Gending Salawat, Akulturasi Budaya Jawa dan Santri

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Cilacap – Seni selain indah juga bisa dijadikan sarana ibadah dan syiar agama. Salah satu kesenian lokal Cilacap yang mengusung konsep syiar yaitu gending salawat yang memadukan unsur karawitan dengan tembang islami maupun Jawa.

“Ini bagian dari proses akulturasi budaya Jawa dan santri yang harus kita banggakan dan dilestarikan keberadaannya. Sebab seni itu selain indah juga bisa menjadi bagian dari ibadah,” ungkap anggota Komisi C DPRD Jateng Hj. Siti Rosidah, S.Ag ketika berbicara dalam acara Dialog Parlemen dan Media Tradisional (Metra), Senin (28/11/2022) siang di Gedung MWCNU Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

Penampilan Gending salawat Sekar Laras dan hadroh Akhdan Nada. (Istimewa)

Kegiatan ini selain menggelar dialog budaya, juga menampilkan pagelaran gending salawat Sekar Laras dan hadroh Akhdan Nada. Lebih lanjut Rosidah menyampaikan dirinya sangat mengapresiasi hasil kreativitas seniman Cilacap dan berharap bahwa para seniman selalu berkreasi dengan lebih baik sehingga masyarakat menyukai hasil karya mereka.

“Kita harus bisa menciptakan apa yang masyarakat sukai. Saya yakin kesenian tradisional maupun seni santri bisa viral,” ungkapnya. Politisi dari Fraksi PKB ini juga berjanji bahwa kegiatan yang sifatnya melestarikan dan mengapresiasi seniman lokal akan terus berlanjut.

Sementara itu tokoh masyarakat Cilacap Dr. Syamsul AR, S.STP, M.Si menyampaikan seni budaya Cilacap sangatlah heterogen, sebab ada pengaruh lintas agama. Hal ini menjadi kekayaan tersendiri bagi daerah Cilacap. Syamsul mengingatkan agar para seniman tidak lupa memanfaatkan teknologi sebagai upaya menyesuaikan perkembangan zaman. “Membuat hadroh menjadi budaya kontemporer dengan musik yang lebih diterima masyarakat ini merupakan langkah yang bagus agar masyarakat juga bisa bersalawat.”

Waryanti, pelaku seni tari Cilacap menyatakan rasa bangganya sebab budaya santri dan budaya tradisional bisa hidup berdampingan dan bahkan bisa menyatu.

“Saya ingin budaya Jawa dan religi bisa berdampingan dan tidak berbenturan. Harapannya ke depan pemerintah bisa mengapresiasi lebih besar lagi kepada para seniman melalui event-event kesenian, atau lomba untuk anak-anak dan sebagainya. Sehingga kreativitas terus berjalan,” imbuhnya. (rls/lis/web)

Reporter:
Lis Retno Wibowo

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya