RADARSEMARANG.COM, Semarang – Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) siapkan mahasiswa untuk membentuk keluarga standar stunting. Hal ini dilakukan dengan menjaga standar gizi yang masuk pada ibu dan anak.
Kegiatan yang bertajuk kuliah pakar sinergisme ahli gizi dan keluarga untuk membentuk keluarga standar stunting ini diikuti oleh seluruh mahasiswa S1 dan D3 ahli Gizi Unimus.
“Kegiatan ini masuk dalam wawasan gizi dasar jadi mahasiswa mengetahui bagaimana menangani stunting terus bagaimana peran dari keluarga itu di informasikan pada mahasiswa sedini mungkin,” jelas Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Unimus Dr Ali Rosidi, SKM., M.Si.
Selain diberikan pengkayaan diri mengenai stunting, mahasiswa juga diberikan pandangan mengenai penanggulangannya. Kegiatan yang berlangsung di Gedung Kuliah Bersama (GKB) II Unimus ini menghadirkan narasumber dari Dosen IPB, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS yang sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia.
“Peran mahasiswa untuk mengatasi stunting yakni dididik untuk mempunyai kemampuan atau kompetensi,” jelas Prof Hardinsyah.
Menurutnya ada beberapa kemampuan yang harus dipelajari mahasiswa. Pertama adalah mengelola asuhan gizi, yakni memahami keluarga yang mempunyai permasalahan dengan gizi. Baik penyebabnya, cara memperbaikinya semua dikontrol. Apabila tidak sembuh maka dilakukan inovasi agar terjadi perbaikan gizinya. Kedua, mampu melakukan edukasi gizi kepada masyarakat.
“Jelas ya, salah satu penyebab stunting karena orang tua di dalam keluarga banyak yang belum tahu apa itu stunting, bagaimana mewujudkan makanan yang bergizi untuk cegah stunting, ketika hamil persiapannya apa saja, ketika anaknya sudah lahir apa saja yang harus dilakukan, dan lainnya,” tambahnya.
Harapannya mahasiswa ini mampu memberikan makanan gizi baik dari proses meracik, produksi, hingga ditingkat akhir ini mampu membuat makanan yang bergizi sehat.
Sementara kalau di dunia bisnis mahasiswa ini dituntut tak hanya mahir dibidang gizi tapi juga hal lain. Misalnya dengan kewirausahaan gizi. Mereka dituntut aktif untuk terjun ke dunia lain juga.
“Peran mahasiswa ya memang kompetensinya kita arahkan. Perannya bisa merencanakan mengelola melaksanakan asuhan gizi tadi, bisa mendidik dan memberikan layanan konsultasi,” akunya.
Sementara Ketua Panitia Rr. Annisa Ayuningtyas, M.Gz mengatakan kuliah pakar ini harapannya bisa memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai stunting, yang kemudian mereka bisa memberikan edukasi ini kepada masyarakat.
“Harapannya setelah ini mahasiswa ini bisa memberikan edukasi kepada masyarakat, mengenai keluarga standar stunting. Sehingga kasusnya kian lama semakin menurun,” imbuhnya. (kap/web/bas)