27.8 C
Semarang
Sunday, 12 October 2025

Cegah Gempuran Globalisasi, Negara Harus Fasilitasi Pelestarian Kesenian Tradisional

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Grobogan – Tari Angguk Grobogan merupakan seni tradisional yang harus dilestarikan di tengah gempuran globalisasi. Untuk menyelamatkan seni dan budaya lokal ini, tari Angguk dijadikan bahan ajar SMP maupun SMK se-Kabupaten Grobogan.

Upaya pelestarian kesenian tradisional ini patut diapresiasi. Langkah tersebut dilakukan agar generasi muda mengenal kesenian tradisional, sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian daerah setempat.

Upaya melestarikan kesenian daerah juga digelar oleh DPRD Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan dialog parlemen dan media tradisional (Metra) pada Sabtu siang (24/9/2022) bertempat di Gedung Riptaloka, Kabupaten Grobogan.

Kegiatan ini menampilkan rangkaian pergelaran kesenian yaitu tari Angguk Grobogan, tari Seribu Tangan, dan campursari yang diiringi gamelan Jawa.

Dialog metra menampilkan tari Angguk Grobogan, tari Seribu Tangan, dan campursari yang diiringi gamelan Jawa. (Istimewa)

Pada sesi dialog, anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng Denny Septiviant, S.H menekankan bahwa sudah seharusnya negara hadir dalam upaya penyelamatan dan pelestarian kesenian tradisional agar tidak tergerus globalisasi.

“Negara memiliki tugas untuk melindungi dan mengayomi kelompok minoritas. Seperti halnya para pegiat seni tradisional dan upaya-upaya yang dilakukannya. Negara harus memfasilitasi sebagai wujud bahwa negara hadir dalam upaya pelestarian kesenian tradisional. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya atau bagian bagaimana negara hadir,” tegas politisi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini.

Lebih lanjut Denny juga menambahkan bahwa kesenian tradisional dan dakwah Islam tidak bisa dipisahkan. Pada masanya gamelan ataupun kesenian tradisional bahkan digunakan sebagai sarana dakwah. Sehingga Islam diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.

Maslehan, pengamat kesenian tradisional sekaligus Ketua Lesbumi PCNU Grobogan memaparkan tari Angguk memiliki beberapa versi. Yaitu versi Kulonprogo dan versi Grobogan. Munculnya berbagai versi menurutnya akibat akulturasi budaya. Saat ini tantangan yang dihadapi oleh para pegiat seni tradisional adalah bagaimana membuat kesenian tradisional menjadi menarik dan digemari.

“Merevitalisasi kesenian tradisional itu penting. Jadi ada upaya melestarikan, sekaligus mengkreasikan dalam bentuk yang lebih baik. Jika tidak menarik, kita buat menjadi menarik. Yang penting harus ada yang nguri-uri,” tegas Maslehan.

Sementara itu, anggota DPRD Grobogan Mansata I. Maratona, M.Si menambahkan, generasi muda saat ini menghadapi tantangan ekstrimisme. Upaya menangkal hal tersebut salah satunya adalah menumbuhkan rasa mencintai budaya sendiri sebagai bagian dari sikap cinta tanah air.

“Budaya harus dipandang dengan nilai-nilai kreativitas dan bukan konvensional. Ekspresi-ekspresi kebudayaan tradisional harus dikembangkan dan dilestarikan, imbuhnya. (*/lis/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya