RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pengurus Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama bersama Unicef menggelar pesan-pesan kesehatan di Pos Kesehatan Tambaklorok RW 15, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara, Kamis (22/9). Disasarkan untuk 25 kader PKK, FKK, dan tokoh masyarakat di wilayah tersebut.
Tim Trainer PW Fatayat NU Jawa Tengah, Luluk Idzarotun, menyampaikan sosialisasi ini menggunakan teknik komunikasi interpersonal untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Sosialisasi Program Risk Communication and Community Engagement (RCCE), Peningkatan kesadaran tentang perubahan sosial dan perilaku untuk respons Covid-19 yakni cakupan imunisasi, vaksin Covid-19 dan Booster, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan Penanganan Informasi Hoax Kesehatan.
Pengurus Wilayah Fatayat NU Jawa Tengah bersama Unicef mencoba untuk membantu mengurai masalah kesehatan di masyarakat dengan melaksanakan Program RCCE sebagai pilar penting dalam upaya pencegahan berisiko melalui komunikasi interpersonal untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. “Banyak masyarakat tidak mau imunisasi dan vaksin karena termakan berita hoax. Kami harap masyarakat bisa mengerti, kalau berita itu tidak benar,” katanya.
Ia berharap peserta mendapatkan pemahaman mengenai isu dan pesan kunci yang diusung dalam program RCCE. Peserta juga mampu memahami komunikasi interpersonal agar dapat mengajak masyarakat untuk memiliki motivasi dan kesadaran melakukan perubahan perilaku secara persuasif. “Sebagai tindak lanjut acara ini, peserta akan diterjunkan ke wilayah masing masing, untuk melakukan pendampingan masyarakat,” tuturnya.
Sebelumnya PW Fatayat NU Jawa Tengah juga menyelenggarakan kegiatan serupa di berberapa kota. Selain Semarang, sosialisasi RCCE ini juga di selenggarakan di Demak dan Kabupaten Tegal, untuk mendukung program pemerintah dalam penanganan percepatan Imunisasi, booster, gerakan PHBS serta pesan pesan kesehatan lainnya.
Program RCCE ini dilaksanakan melalui berbagai tahapan. Dari koordinasi dan sosialisasi dengan para pemangku kepentingan, serta koordinasi dan penguatan program melalui pelatihan komunikasi interpersonal bagi kader komunitas. “Pendekatan RCCE ini penting, untuk mendukung komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat sejak dini,” katanya.
Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah, Tazkiyatul Muthma’innah, menambahkan, selain mensosialisasikan pesan kunci kesehatan, sosialisasi ini juga memperkenalkan aplikasi Oky. Aplikasi Oky dari UNICEF ini merupakan aplikasi pelacak menstruasi pertama yang dibuat untuk remaja perempuan.
Aplikasi Oky ini diluncurkan untuk meningkatkan edukasi kesehatan reproduksi dan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di kalangan remaja putri. “Ini seperti buku harian, dan untuk laki-laki kan harus tahu itu. Saat berumah tangga kan jadi tahu,” katanya.
Aplikasi Oky memberikan informasi tentang menstruasi dengan cara yang menyenangkan, kreatif, dan positif. Dalam aplikasi Oky, terdapat juga kalender untuk membantu melacak haid tiap bulan, ensiklopedia, dan buku harian. Semua info ini diberikan langsung melalui smartphone. “Aplikasi ini di Indonesia dapat diunduh secara gratis,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Bandarharjo, Setyo Priyadi, menjelaskan dengan melandainya kasus covid-19, minat masyarakat mulai berkurang meskipun masyarakat banyak yang belum tervaksin. Terlihat ada 80 persen yang sudah melakukan V2 di wilayah Puskesmas Bandarharjo. Menyasar 23 ribu sasaran. “Kalau sekarang tambah lagi, yakni usia remaja,” ujarnya.
Upaya kami yang lakukan, kata dia, kami selalu berkomunikasi dengan pemerintahan dan aparat. “Seperti kelurahan dan bhabinkamtibmas ketika ada kegiatan yang mengumpulkan warga kita gabung untuk kegiatan vaksinasi,” katanya.
Selain itu, pihaknya selalu melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk ikut imunisasi BIAS. “Harapannya, banyak yang terlibat seperti acara Fatayat NU ini. Tentunya ini merupakan dukungan agar masyarakat bisa teredukasi tentang kesehatan termasuk vaksin dan imunisasi ini,” ujarnya. (fgr/web/bas)