RADARSEMARANG.COM, Ungaran – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggelar kegiatan Preliminary Training CPMI G to G Korea Selatan. Kegiatan ini diselengarakan di Amanda Hills, Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (19/4) kemarin.
Preliminary Training ini sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sembilan program prioritas BP2MI. Salah satunya menjadikan PMI (Pekerja Migran Indonesia) sebagai warga VVIP. Maka pemerintah hadir dalam upaya meningkatkan harkat dan martabar PMI serta membangun mentalitas PMI.
Kegiatan ini dilaksanakan serentak di Jakarta, Depok, Cirebon, dan Semarang mulai dari tanggal 18-25 April 2022. Yang diikuti oleh 1060 orang.
Kepala BP2MI, Benny Rhamdani mengatakan, sudah dua tahun CPMI tertunda keberangkatannya karena kondisi pandemi Covid-19 serta belum bukanya negara tujuan penempatan.
Bulan Desember 2021 Pihaknya sudah menempatkan kurang lebih 1.600 PMI. Dan sisanya masih terdapat 5.000 PMI yang masih belum bisa berangkat dan masih mengikuti tahapan-tahapan termasuk tahapan preliminary training.
“Ini kita kebut. Target preliminary training 1000 orang. Dan mudah-mudahan tidak lewat dari bulan Mei sudah selesai dan bisa diterbangkan ke Korea Selatan,” ungkapnya.
Benny mengatakan untuk tahun 2022 jumlah yang mendaftar mencapai 19.993 orang. Hal ini menunjukkan animo dari masyarakat untuk bekerja di luar negeri sangat tinggi. Maka dari itu pihaknya selalu mengkampanyekan agar masyarakat tidak menjadi korban iming-iming dari para calo yang memberangkatkan secara ilegal.
Upaya negara melalui BP2MI juga memberikan fasilitas-fasilitas yang memudahkan para CPMI untuk berangkat. Selain itu bagi para calo PMI yang tidak punya biaya atau uang tidak perlu menjual harta bahkan meminjam rentenir. BP2MI menyiapkan peminjaman dengan bunga rendah. Benny juga menambhakan pihaknya bisa memberikan jaminan kesehatan hingga jaminan sosial bagi para PMI.
“Ini perang sesungguhnya melawan penempatan illegal yang dikendalikan oleh para sindikat. Semua ini butuh kampanye oleh semua pihak,” tegasnya.
Benny menyampaikan bahwa dirinya telah mencopot tiga pejabat BP2MI yang menangani penempatan G to G Korea. Hal tersebut merupakan sanksi dan hukuman yang ia berikan karena dinilai kelambatan dalam memproses CPMI yang tertunda karena pandemi Covid-19. “Minggu lalu di Semarang, saya telah mencopot tiga pejabat BP2MI yang bertanggung jawab atas penempatan CPMI di Korea,” katanya.
Ia menyampaikan kepada jajaran dibawahnya, tugas pegawai BP2MI adalah melayani PMI apapun bentuknya , baik pertanyaan, pemenuhan informasi, maupun jika ada kegiatan setiap CPMI bertemu dengan pejabat BP2MI untuk menanyakan suatu permasalahan.
Dirinya juga menyampaikan pada jajaran dalam melayani PMI kuncinya ialah empati, komunikasi, dan terbuka.“Ajak bertemu dan jawab setiap pertanyaan dari CPMI,” imbuhnya.
Benny mengungkapkan efek dua tahun tidak melakukan pengiriman seperti saat kondisi normal. Pasti berefek pada menurunnya sumbangan devisa PMI. Dalam kondisi normal tanpa Covid-19 bisa mengirimkan hingga 277 ribu pekerja.
Tahun 2020 di awal Covid-19 pihaknya hanya menempatkan 113 ribu pekerja dan di tahun 2021 hanya 72 ribu saja. Ia berharap kedepannya Covid-19 semakin turun di negara Indonesia maupun di negara lain. Agar bisa melakukan penempatan-penempatan seperti kondisi normal. “Namun sementara baru 65 negara yang buka,” tambahnya. (cr5/web/bas)