RADARSEMARANG.COM, Semarang – Tim Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) UKM KIPM Universitas PGRI Semarang (Upgris) mengajak warga Genuksari untuk memanfaatkan limbah rumah tangga. Limbah itu dapat diolah menjadi pupuk kompos dengan menggunakan metode takakura.
Tim PHP2D UKM KIPM UPGRIS ini diketuai oleh Linda Ayu Safitriningrum. Adapun anggotanya yakni Zahra Alya Nuha, Dewi Setyawati, Nurun Nadzifah, Sonia Dewi Fitriani, Hana Tsania Maurizka, Nova Indah Puspitasari, dan Nadiyatus Sa’diyah. Anggota lainnya yaitu Shofi Asfika, Rilas Dwi Cornellya, Nadia Amalia, Afiatunnisa’, Sulis Setyaningrum, Annisa Febriyani, dan Panca Cahya Ningrum. Selain itu, dosen pembimbing tim tersebut adalah Fibria Kaswinarni S.Si M.Si. Dari program studi Pendidikan Biologi.
Sebelumnya, kegiatan PHP2D mulai dilaksanakan pada Juli 2021. Tim ini membina dan memberdayakan masyarakat dalam pembuatan pupuk kompos. Yaitu dengan metode takakura, pelatihan packaging, pelabelan, dan pemasaran pupuk. Selanjutnya, kegiatan panen pupuk ini dilaksanakan secara serempak oleh masyarakat Genuksari RT 003 RW 005 pada 4 dawis yaitu dawis 7, dawis 8, dawis 9, dan dawis 19.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat bisa mengolah limbah rumah tangga sebagai pupuk kompos. Juga bisa memasarkan produk melalui pemasaran online,” kata Linda Ayu Safitriningrum, ketua tim PHP2D UKM KIPM Upgris kepada RADARSEMARANG.COM.
Dijelaskan, desain kemasan pupuk merupakan ide dan aspirasi dari masyarakat Genuksari. Selain itu, pupuk ini mengurangi pencemaran lingkungan. Pupuk ini juga baik untuk kesuburan tanah. Antusiasme masyarakat Genuksari terlihat jelas saat proses pembuatan pupuk.
“Nah, ini juga bisa menambah penghasilan masyarakat. Dan bisa menjadi kas RT juga. Insyallah kami tetap akan memberikan pendampingan, meski nantinya kegiatan PHP2D telah selesai,” ungkapnya.
Sementara itu, Fibria Kaswinarni, dosen pembimbing tim tersebut mengatakan, kegiatan ini bisa menjadi bekal masyarakat Genuksari. Itu juga menambah ekonomi masyarakat serta dapat mengurangi sisa sampah organik rumah tangga.
“Sehingga bisa mengurangi timbulan sampah yang ada di TPA. Diharapkan kegiatan ini dapat berjalan secara kontinu atau berkelanjutan karena masyarakat sudah dibekali bagaimana proses mengompos atau mengolah sisa organik rumah tangga dan dapat memasarkan hasil atau produk kompos ke pasaran,” tuturnya. (dev/bis/ida)