RADARSEMARANG.COM, Semarang– Meski angka Covid-19 terus mengalami penurunan, namun kewaspadaan akan meningkatnya kembali jumlah Covid-19 di tanah air khususnya di kota Semarang tak boleh kendor.
Tim Pengabdian masyarakat Dosen Farmasi Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar kegiatan penyuluhan kesehatan dan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) serta mengedukasi masyarakat bagaimana metode “Tanya 5 O”. Metode yang dilakukan yaitu penyuluhan dan praktik langsung.
Dengan penyuluhan ini, masyarakat diharapkan tahu dan mampu untuk memilih, menggunakan, dan mengelola obat di rumah sebagai bagian dari aplikasi swamedikasi (pengobatan mandiri), untuk warga Kalisegoro, Gunungpati, Kota Semarang, Kamis (11/11/2021)
“Kami melakukan penyuluhan terkait aturan pakai dan dosis yang tepat dalam menggunakan obat, baik berupa suplemen maupun obat penyakit kronis yang sering ditanyakan oleh masyarakat,” ungkap Annisa Aulia Savitri, M.Clin-Pharm., Apt. saat di wawancarai RADARSEMARANG.COM.
Anggota pengabdi lainnya, Neli Syahida Ni’ma, M.Si., Apt yang merupakan dosen farmakologi dalam sosialisasi itu juga mengingatkan warga untuk tahu golongan-golongan obat yang hendak di konsumsi.
“Saat memilih obat, masyarakat harus tahu golongan obat berdasarkan nama, bentuk sediaan, cara penggunaan, penandaan, dan efek farmakologi dan ditekankan bahwa kualitas obat generik dan obat paten sama saja sehingga diharapkan biaya untuk pengobatan optimal,” tutur Neli Syahida.
Sementara itu, Wahyu Setyaningsih, warga Kalisegoro RT 03 mengaku sangat terbantu dengan penyuluhan yang diberikan para dosen Farmasi UNNES tersebut.
“Penyuluhan ini sangat berharga bagi kami, mengingat belum pernah tahu penggolongan obat mana yang bisa dibeli bebas dan mana yang harus dengan resep dokter, lalu kami juga akhirnya menyadari bahwa mengkonsumsi obat terutama suplemen Kesehatan tidak boleh berlebihan” ungkap Wahyu Setyaningsih, salah satu warga RT 3 Kelurahan Kalisegoro Semarang.
Sementara menurut dosen prodi Farmasi UNNES lainnya, Willy Tirza Eden, M.Sc., Apt, dari penyuluhan dan pelatihan yang di gelar tersebut, terungkap ternyata banyak warga yang tidak tahu prosedur penanganan terhadap obat kadaluarsa.
“Dari kegiatan ini kami jadi tahu, ternyata 88% warga berpendapat obat yang sudah rusak atau kadaluarsa dapat langsung dibuang tanpa harus ada perlakuan tertentu, ini menjadi tanggung jawab kami dalam melatih warga agar memisahkan obat tersebut secara benar tanpa mencemari lingkungan atau bahaya penyalahgunaan,” tutur Willy Tirza Eden, M.Sc., Apt., yang juga anggota tim pengabdi dalam pengolahan limbah farmasi. (sls/bas)