29 C
Semarang
Saturday, 10 May 2025

Njajah Desa Milangkori, Temukenali Budaya Spiritual Kawasan Borobudur

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat menggelar Sarasehan Budaya Spiritual Kawasan Candi Borobudur di Balkondes Ngargogondo, Borobudur, Senin (8/11).

Forum diskusi ini diikuti warga dari 20 desa di Kawasan Candi Borobudur bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Tujuannya untuk membahas hasil identifikasi dan strategi pengembangan potensi budaya spiritual yang dimiliki masing-masing desa.

Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi menjelaskan, identifikasi budaya spiritual merupakan ruang bagi masyarakat untuk menemukan, menggali, dan mengenali kembali warisan maupun potensi budaya spiritual yang ada di wilayahnya. Seperti halnya di Borobudur.

Sebelumnya, identifikasi budaya spiritual pada 20 desa di sekitar Kawasan Candi Borobudur telah dilakukan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat berkerja sama dengan Eksotika Desa. Proses ini melibatkan partisipasi aktif dari warga desa. Khususnya generasi muda sebagai pemilik dan pewaris kebudayannya.

“Menggali dan menemukan potensi budaya spiritual dilakukan melalui pendekatan njajah desa milangkori dengan proses sowan, srawung, dan dolan yang dilakukan berulang-ulang untuk menumbuhkan rasa percaya. Karena ternyata tidak mudah bagi para sesepuh desa untuk menceritakan hal-hal terkait spiritualitas,” tutur Panji dari Eksotika Desa.

Budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

“Harapannya semua anak di Indonesia sejak usia muda mengenal lingkungan alam, hubungan dengan manusia, dan nilai-nilai hidup dalam masyarakat secara utuh. Itu mimpi saya untuk kebudayaan. Kebudayaan buat saya tidak rumit, kembali ke akar karena dari situlah lahir banyak kebaikan,” tutur Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid.

Lebih lanjut, hasil identifikasi budaya spiritual yang sangat kaya ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan bagi upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dimiliki masyarakat di kawasan Candi Borobudur Tanpa meninggalkan identitas (nilai) ataupun mengurangi keluhuran (makna) dari obyek pemajuan kebudayaan yang dimiliki masyarakat. (*/ria)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya