RADARSEMARANG.COM – Keberadaan tempat wisata bernuansa alam di tengah-tengah kota, seperti Kebun Raya Gunung Tidar dan objek wisata Taman Kyai Langgeng (TKL) membuat Kota Magelang semakin beda. Tidak heran, jika Kota Gethuk ini semakin ramai dikunjungi tamu luar kota. Peluang investasi pun terus bermunculan.
Terlebih, semenjak Wali Kota Magelang dr Muchamad Nur Aziz melakukan penyegaran pada tubuh manajemen Perumda Objek Wisata Taman Kyai Langgeng. Melantik Arif Taat Ujiyanto sebagai direktur utamanya.
Sekarang ini, TKL diproyeksikan menjadi destinasi wisata lokal yang mampu menjawab keinginan dan kebutuhan masyarakat berwisata, serta adaptif dalam situasi apapun. Karena itulah, manajemen TKL lebih terbuka dengan investor untuk melakukan pengembangan.
Dirut Perumda TKL Arif Taat Ujiyanto membuat tiga transformasi untuk mengubah nasib TKL menjadi lebih baik. Pertama, business model transformation atau transformasi tata kelola usaha. Pihaknya sedang mencoba beberapa terobosan baru. Salah satunya merancang tiket fisik, ke tiket digital.

Kedua, brand image transformation. Pihaknya melakukan rebranding. Pada pertengahan September nanti akan soft launching. “Kita ingin mengenalkan logo baru, dan wahana baru,” ujarnya.
Pihaknya juga mengevaluasi wahana-wahana yang mangkrak untuk kembali difungsikan, baik dengan cara mengganti atau mengalihfungsikan wahana itu sendiri. Misalnya wahana pesawat yang lama tidak terpakai, rencana disulap menjadi kafe. Kemudian, ada wahana yang ditangani pihak ketiga namun batas kontrak telah habis. Yakni wahana sepeda layang.
“Ini bisa diganti dengan yang baru. Mumpung masih pandemi Covid-19, saatnya pariwisata berbenah,” ucapnya.
Potensi investasi lainnya adalah hutan jati yang luas. Menurut dia, lokasi ini bisa dikembangkan menjadi glamour camping (glamping), taman petualang alam, rumah-rumah pohon, maupun rute offroad dengan Land Rover, atau mobil Jeep. “Bisa dibuat rute buatan yang menantang, dan pasti akan unik, karena bisa menikmati sensasi Land Rover atau jeep di tengah kota dengan rute pendek,” ungkapnya.
Menurut dia, taman seluas 27,5 hektare ini dipayungi pohon-pohon besar, berdaun rindang. Pasokan oksigen melimpah. Masih dilengkapi dengan keragaman satwa langka yang saling sahut bersuara. Membuat suasana damai, nyaman, menyatu dengan alam.
Tidak kalah menarik, keindahan Sungai Progo yang melewati salah satu sisi TKL. Di sini, kata Taat, sangat mungkin dikembangkan wisata rafting. TKL bisa menjadi titik poin, baik start maupun finish. “Sungai ini juga punya bantaran yang landai, pemandangannya sangai indah. Kita bisa melihar Gunung Sumbing,” paparnya.
TKL juga cocok untuk dikembangkan menjadi pusat studi tanaman langka. Setidaknya, ada 150 jenis tanaman langka yang tumbuh di TKL. “Kalau ke TKL, maka bisa melihat banyak sekali peluang investasi yang bisa digarap,” ujarnya.
Menurut dia, terbukanya dengan investor berjalan seirama dengan langkah ketiganya dalam mengubah nasib TKL bertahan di tengah pandemi Covid-19. Yakni finance transformation. Ia berusaha untuk menggandeng investor sebanyak mungkin, agar bisa mengembangkan tempat wisata ini tanpa mengeluarkan modal yang banyak. “Kita win win solution,” tandasnya. (prokompim/kotamgl)