RADARSEMARANG.COM – Banyak warung atau rumah makan yang menjual nama daerah. Ada Rumah Makan Padang, Soto Lamongan, Sate Madura, Warung Tegal, Sate Blora, Soto Solo, Ketoprak Jakarta, dan lainnya. Namun benarkah pemilik rumah makan itu benar-benar berasal dari daerah tersebut?
Bisnis kuliner memang menjanjikan. Tak heran banyak rumah makan, kafe, resto, dan warung kaki lima berdiri di Kota Semarang. Di antara rumah makan itu menggunakan nama daerah. Rumah Makan Padang salah satunya.
Hampir di setiap sudut Kota Lunpia berdiri Rumah Makan Padang. Termasuk di kawasan kampus yang menawarkan harga murah. Rumah makan ini dengan ciri khas etalase kaca yang menjorok ke depan.
Semua menu makanan ditata rapi di etalase itu. Menu andalannya rendang, daun singkong, dan sambal hijau. Selain itu, juga udang goreng, perkedel, lele, ayam goreng, dan paru sapi.
Tapi, benarkah pemilik Rumah Makan Padang pasti asli Padang, Sumatera Barat? Ternyata tidak. Faktanya, ada yang sama sekali tidak punya darah Minang. Misalnya, Rumah Makan Padang Murah Jaya di Jalan Wotgandul Barat. Ternyata pemiliknya asli Kota Semarang. Rumah makan yang dirintis sejak 2014 itu sekarang sudah memiliki empat cabang. Yakni, di Jalan Citarum, Jalan Malangsari, Jalan Wotgandul Barat, dan Jalan Kaligawe.
Pemilik Rumah Makan Padang Murah Jaya, Dion, menggunakan jasa koki untuk memasak. Misalnya, di cabang Jalan Wotgandul Barat, ia memiliki tiga karyawan, salah satunya asli Padang Solok. “Pemiliknya memang bukan asli Padang, tapi saya yang kebetulan asli Padang Solok yang menjadi juru masaknya,” kata Mahbub Junaedi, karyawan asli Solok.
Mahbub mengakui banyak Rumah Makan Padang di Semarang. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Untuk RM Padang Murah Jaya, terkenal dangan harganya yang murah.
“Harga seporsi makanan paling murah Rp 12.000, dengan menu nasi telur dadar. Sedangkan yang paling mahal Rp 19.000 dengan menu nasi rendang,” ujarnya.
Dibanding dengan rumah makan Padang lain, tentu harga ini tergolong murah. Sebab, yang lain bisa antara Rp 20.000-Rp 40.000 seporsi.
Meski pemiliknya bukan asli Padang, Mahbud menjamin rasa dan kualitasnya tetap sesuai standar rumah makan Padang pada umumnya. “Saya sudah bekerja di sini selama delapan tahun. Alhamdulillah, pelanggannya sudah banyak,” katanya.