RADARSEMARANG.COM – Di tengah maraknya makanan cepat saji, Istiqomah, warga Desa Getas, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung masih bertahan berjualan nasi jagung. Kuliner tradisional khas Indonesia yang terbuat dari jagung sebagai bahan dasarnya.
Istiqomah berjualan nasi jagung di depan Bank Panin, Temanggung. Sudah 22 tahun ia meneruskan jualan nasi jagung dari ibunya. Uniknya, ia berjualan nasi jagung sore hingga malam. Mulai pukul 16.00 sampai 20.00 WIB.
Alasannya, saat malam hari tidak ada saingan dan pasti akan laku laris. “Ini usaha milik ibu saya dulu, saya meneruskan. Eman-eman to nek nggak diteruske (sayang kalau tidak diteruskan), soale cok do tanya to (karena banyak pelanggan yang sering menanyakan), karena pelanggan ibu sudah banyak,” ujarnya.
Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq bahkan menjadi pelanggan nasi jagungnya. Istiqomah bercerita ibunya sudah berjualan nasi jagung sejak masih muda.
Sekali berjualan, mampu menghabiskan sebanyak 5 sampai 6 kilo nasi jagung. Satu bungkus nasi jagung dibandrol dengan harga yang cukup murah, yakni Rp 7 ribu. Dengan harga terjangkau, pelanggan sudah dibuat cukup kenyang. “Nasi jagung di sini lebih enak. Selain itu, dengan makan nasi jagung juga mengurangi gula. Karena kadar gula pada nasi jagung lebih sedikit dibanding nasi biasa,” ujarnya.
Selain itu, nasi jagung yang dijual dilengkapi urapan, gereh, tahu jangan (dalam bahasa jawa), dan empis-empis. Bumbunya juga beragam. Bumbu urap, cabai, bawang, terasi, gula merah, dan gula pasir. Tahu jangan, cabai merah, hijau, brambang, bawang, dan gula aren, harus aren asli, bukan yang gula jawa, karena rasanya lebih enak.
Pelanggannya tidak hanya dari Temanggung, tetapi juga dari luar daerah. Seperti dari Jogjakarta, Semarang, Wonosobo, dan lainnya. Paling ramai biasanya saat malam Minggu. “Mereka memang pelanggan yang sudah sering mampir ke sini, jadi sudah tahu,” tambahnya.
Sejumlah pejabat di Temanggung juga sering mampir menyantap nasi jagung pinggir jalan itu. Sebut saja Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq. Bupati sering makan di tempat, dan terkadang ajudannya membungkuskan untuk disantap di rumah.
“Pak bupati paling seneng sama nasi jagung. Biasanya sebelum maghrib atau sesudahnya, langganan. Pak bupati juga memperhatikan pedagang kecil, kulo cok wei duit e (saya kadang dikasih uang). Mungkin mesakke nggih (mungkin kasihan),” akunya.
Ia berharap, penjualan nasi jagungnya terus lancar. Sebab, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan melestarikan kuliner tradisional. Baginya, jualan nasi jagung inilah ladang sawah rezekinya. “Jualannya ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kebetulan ada 4 anak,” tambahnya.
Salah satu pelanggan asal Wonosobo Ananto mengaku rasa nasi jagung yang dijual enak. Rasa manis, dan asinnya seimbang. Baginya, yang paling menarik adalah tahu jangannya. Pengalamannya, nasi jagung ini berbeda, karena dijual sore hari. “Rasanya enak dan harganya terjangkau,” akunya. (din/fth)