RADARSEMARANG.COM – Legondo merupakan jajanan tradisional khas di Borobudur yang hampir punah. Sulit untuk menemukannya sekarang. Namun di tangan pasangan suami istri Ernalia Masly dan Fuad Suryawan, jajanan tradisional tersebut tetap lestari. Mereka menjadi satu-satunya orang di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelng yang masih memproduksi Legondo.
Minggu (12/12) sore, Ernalia Masly tengah sibuk membungkus jajanan Legondo di rumahnya, Dusun Kapling, Jayan, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Dibantu sang suami, ia cukup cekatan membungkus jajanan Legondo dengan daun pisang. Hari itu mereka tengah mendapat pesanan untuk acara di Rumah Dinas Bupati Magelang.
Erna –panggilan akrabnya– menuturkan, sejak 2018, ia bersama sang suami, Fuad Suryawan, fokus berjualan Legondo. Awalnya, jajanan tersebut hanya disajikan saat lebaran. “Dulu itu ibu mertua saya buat Legondo hanya untuk keluarga saja saat malam lebaran. Karena merupakan suguhan istimewa di hari lebaran,” ujar Erna kepada RADARSEMARANG.COM.
Jajanan berbungkus daun pisang ini rasanya manis dan gurih. Teksturnya pulen. Legondo dibuat dari bahan beras ketan, gula, santan, dan pisang. Legondo dulu dibuat secara turun-temurun. Kata Erna, banyak yang suka. Bahkan ketika lebaran, sajian Legondo pasti ludes disantap oleh tamu yang datang ke rumah ibu mertuanya.
Supaya tidak punah, pada 2018, Erna diajak oleh sang suami belajar membuat Legondo. Meneruskan ibu mertuanya. Di luar dugaan, setelah ia membuat Legondo ternyata banyak yang pesan. Karena rasanya yang dinilai enak.”Ternyata banyak pesan, akhirnya saya dan suami ya bismillah coba kita jual,” ujar wanita yang dulunya berprofesi sebagai guru ini.
Di tahun yang sama, kesempatan pun kembali datang. Saat itu, di tahun 2018, suaminya diajak untuk mengikuti Festival Kuliner Jadul di Kabupaten Magelang.
“Awalnya ikut hanya untuk mengenalkan saja. Ternyata banyak yang datang dan beli. Selama tiga hari, waktu itu habis 17 kilogram adonan,” kenang Erna.
Sejak saat itulah, tekadnya semakin bulat untuk berjualan Legondo. Selain sebagai bisnis, juga sebagai upaya melestarikan jajanan tradisional yang hampir punah. Erna pun mulai mempromosikan lewat media sosial. Ia menamai bisnisnya dengan nama ibu mertuanya, “Legondo Bu Suad.”
Pembeli pun tidak hanya dari Magelang. Beberapa ada yang dari luar kota, seperti Bengkulu, Surabaya, Jakarta, Semarang, Jogjakarta dan lainnya. “Dulu juga pernah ada yang dari luar negeri, yakni dari Singapura. Dia datang ke Borobudur terus mampir,” ungkapnya.
Erna bersama sang suami membuat Legondo ketika ada pesanan saja. Satu bungkus Legondo dijual Rp 4.000. Ia mengemasnya dalam wadah besek.
Menurutnya, Legondo yang sudah matang jika ditaruh di suhu luar, mampu bertahan 2 x 24 jam. “Kalau ditaruh di kulkas bisa sampai 5 hari,” jelasnya.
Ia menambahkan, dalam sebulan, dirinya bisa menghabiskan 20 kilogram adonan Legondo untuk memenuhi permintaan dari pembeli. Bagi yang ingin memesan Legondo tidak bisa mendadak. Minimal harus dua hari sebelum jadi. Karena proses pembuatan yang lumayan lama.
“Alhamdulillah sekarang ini, meski pandemi lumayan banyak yang beli,” kata Erna sambil tersenyum.
Ke depan ia berencana membuat toko untuk menjual Legondo. Agar semakin banyak yang tahu tentang jajanan khas Borobudur tersebut. Mengingat saat ini penjualan masih banyak melalui media sosial. (man/aro)