RADARSEMARANG.COM – Penikmat olahan kambing patut menyambangi warung spesial tongseng kepala dan kaki kambing Pak Din. Lokasinya di Dusun Kepranjen, Desa Menayu, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Menyempil di dalam perkampungan. Warung tongseng ini sudah ada sejak 1970 dan tetap eksis hingga kini.
RADARSEMARANG.COM menyambangi warung Pak Din, Jumat (3/9/2021) malam. Dipandu Google Maps, wartawan koran ini sempat ragu begitu tiba. Pasalnya, warung Pak Din tidak seperti warung pada umumnya. Tidak ada etalase untuk memajang masakan. Bahkan tidak tersedia meja dan kursi.
Warung Pak Din layaknya rumah sederhana zaman dulu. Berdinding kayu, berlantai tanah, dan bersekat dua. Ruang depan untuk pengunjung. Di sana tersedia dua amben dan satu televisi. Sementara ruang belakang merupakan dapur. Pak Din mengolah tongseng di sana. Menggunakan tungku dan kayu bakar.
Pak Din membuka warungnya setelah maghrib. Sementara wartawan koran ini tiba di sana sekitar pukul 19.00. Ternyata antrean sudah mengular. Ada yang menunggu di teras, ada yang menunggu di ruang depan. Ada pula yang menunggu di dapur sembari melihat Pak Din memasak.
Menunggu sekitar 20 menit, seporsi tongseng kepala dan kaki kambing yang ditunggu siap disantap juga. Kuliner ini sebetulnya sama seperti tongseng daging pada umumnya. Hanya saja, teksturnya jauh lebih kenyal. Sedangkan kuahnya terasa manis dan gurih.
Kepada koran ini Pak Din mengatakan, sejak awal buka dia tidak pernah mengubah konsep warungnya. Mula-mula pembeli hanya dari kalangan tetangga. Lama-lama malah sering kedatangan tamu dari luar kota.
“Ada yang dari Jogja dari Pekalongan,” ujar Pak Din sembari memasukkan garam ke masakannya.
“Saya buka setelah magrib. Tutup sehabisnya. Biasanya sampai jam sebelas,” kata dia. Saban malam, pria paro baya ini menghabiskan setidaknya dua kepala dan dua pasang kaki kambing.
Salah satu pelanggan Pak Din ialah Rois. Warga Dusun Menayu ini, menikmati tongseng kepala dan kaki kambing Pak Din setidaknya dua minggu sekali. Konon, sejak kecil Rois memang sering oleh mendiang sang ayah untuk diajak makan di sana.
“Almarhum Pak Taufik Kiemas juga dulu pernah makan di sini, Mbak,” kenang Rois.
Selain karena rasanya cocok di lidah, Rois menilai masakan Pak Din spesial. “Kebanyakan kan cuma tongseng daging. Ini beda. Baunya juga nggak prengus,” tandas Rois. (rhy/zal)