RADARSEMARANG.COM – Bagi penggemar olahan daging kambing muda, patut mencoba sate uyah bawang Muntilan. Seperti namanya, bumbu kuliner yang satu ini memang sederhana. Namun rasanya jangan ditanya. Jos Gandos…
Nama warungnya Sate dan Tongseng Mirah Pak Yono. Lokasinya di Jalan Veteran, Sayangan, Kecamatan Muntilan. Jika mampir ke sana, jangan kaget kalau tak kebagian tempat duduk. Rame pembeli. Bahkan belum buka saja sudah banyak yang mengantre.
Benar saja, pukul 19.15 sampai lokasi, wartawan RADARSEMARANG.COM, tidak kebagian tempat duduk. Di dalam tenda berukuran 5×3 meter itu sudah ramai pengunjung. Mereka menunggu di tiga blok meja dan kursi yang mengelilingi tempat memasak. Bahkan, ada yang menunggu di luar.
Pak Yono, sang koki, terlihat sibuk menyiapkan menu pesanan. Tangannya begitu lincah memotong daging kambing yang dia gantung di hadapannya.
Setelah memesan, koran ini pun menunggu di luar tenda. Sekitar seperempat jam, akhirnya bisa masuk tenda. Duduk bergantian dengan pengunjung lain.
Satu setengah jam berlalu, menu yang ditunggu akhirnya tiba di meja. Sate uyah bawang. Lengkap sepiring nasi hangat.
Sate uyah bawang tidak disuguhkan dengan tusukan. Potongan-potongan daging kambing muda ini disuguhkan layaknya olahan tongseng. Lengkap dengan sayur kol. Bedanya, tak berkuah. Melainkan dilumuri sambal kecap. Soal level pedas, pengunjung bisa memesan jumlah cabai sesuai selera.
Gigitan pertama, sate uyah bawang terasa gurih. Asinnya pas. Dagingnya juga lembut. Gigitan pertama pun menagih gigitan-gigitan berikutnya. Tak sampai sepuluh menit, sate uyah bawang sudah tandas.
Pemilik usaha kuliner ini, Yono. Tak jarang dia kewalahan menghadapi pengunjung yang selalu ramai. Dia menggelar tenda pukul 17.00. “Tapi saya belum buka juga sudah ada yang antre,” ujarnya sembari menuangkan kecap ke olahan tongsengnya.
“Saya buka paling malam sampai jam duabelas,” imbuhnya.
Yono sudah bergelut di usaha kuliner kaki lima sejak tahun 1985. Mulanya hanya berjualan sate goreng, sate bakar, dan tongseng. Sate uyah bawang sendiri hasil inovasinya yang baru berjalan lima tahun terakhir.
Resepnya ia ciptakan sendiri. Awalnya mengolah sate uyah bawang untuk dimakan sendiri. Hingga akhirnya mencoba menambahkan di daftar menu. Hasilnya laris. Banyak pengunjung yang cocok.
“Sate digarami, dikasih bawang, digoreng. Kalau di Jogja kan banyak sate klathak, kalau punya saya sate uyah bawang,” ujar Yono.
Yono memasak semua pesanan sendiri. Menggunakan tungku bakar tradisional.
Dalam sehari, Yono bisa menghabiskan 18 kg daging kambing muda. “Imbang untuk setiap menu. Sama-sama ramai,” bebernya. Satu paket sate uyah bawang, nasi putih, dan es teh, dia bandrol Rp 37.000. (rhy/zal)