29.4 C
Semarang
Friday, 20 June 2025

Nikmatnya Berburu Daging di Sela Tulang

Mi So Dengkil Mbak Maimana

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kuliner berkuah khas Pekalongan selalu tak jauh dari daging sapi. Sebut saja Tauto atau Pindang Tetel. Begitu juga Mi So. Berdasarkan testimoni para penikmatnya, sensasi menyantap Mi So akan didapat saat menggerogoti dengkil yang merupakan salah satu isiannya.

Bermodal testimoni itu, Sabtu (17/7/2021) lalu wartawan RADARSEMARANG.COM mendatangi warung milik Mbak Maimana. Letaknya di Krapyak Lor, Kota Pekalongan, sebelah Lapangan Leo. Warung ini adalah salah satu dari sekian banyak penjual Mi So di Pekalongan.

Tak sendiri, wartawan koran ini datang ke sana ditemani Achwan dan Yusuf. Mereka perantau asal Jakarta dan Temanggung yang juga penasaran dengan cita rasa Mi So. Mereka bertiga sama-sama belum pernah mencoba Mi So.

Awalnya, hendak memesan Mi So dengan tiga isian berbeda. Namun sayang, siang itu warung Bu Maimana laku keras. Pukul 14.00, sudah hampir habis. Yang tersisa hanya Mi So original dan satu porsi Mi So Dengkil. Akhirnya sepakat memilih dengkil.

“Dengkilnya dipisah saja, biar kalian bisa mencicipi,” kata Achwan.

Dengkil adalah daging dan urat yang masih menempel di tulang kaki sapi. Dengkil ini ikut direbus bersama kuah Mi So. Membuat kuah makanan ini berkaldu. Sementara isian Mi So terdiri atas mie, remukan keripik tempe, remukan kerupuk mie, bakso sapi, dan kulit melinjo (so). Karena itu makanan ini dinamakan “Mi So”.

Menikmati Mi So dengkil memiliki sensasi tersendiri. Utamanya saat menggerogoti daging yang masih menempel pada tulang. Meski kadang harus dengan cara diseruput. Wartawan koran ini berhasil membersihkan semua daging yang menempel di dengkil itu. Achwan dan Yusuf geleng-geleng.

“Kamu dapat sensasinya, kami dapat kenyang doang ini,” kata Achwan kepada wartawan koran ini.

Warung Mi So Mbak Maimana sudah ada sejak 10 tahun lalu. Dikelola bersama suaminya, Muhammad Adi Putra. Mereka berdua sama-sama asli warga Krapyak.

Konon, mereka lah pelopor Mi So dijual di pasaran. Sebab menurut Adi, sebelumnya Mi So hanyalah makanan untuk menyuguhkan tamu di rumah. Tak jelas siapa penemu resepnya. Sejak Adi kecil, makanan itu sudah ada. Tetapi tidak pernah dijual.

“Biasanya disuguhkan saat sya’banan dan syawalan. Kan, kalau syawalan Krapyak selalu jadi jujukan orang-orang,” terangya.

Ide menjual Mi So ini muncul dari Adi. Awalnya ia tak mendapat dukungan sang istri. Berbekal resep dari mertua, Adi nekat membuka warung. Namun ia memberi nama warung itu dengan nama sang istri.

“Setelah merasakan hasilnya, Alhamdulillah istri sekarang ikut jualan,” katanya.

Warung mereka buka setiap hari. Mulai pukul 09.30 – 15.00. Tapi lebih sering habis sebelum waktu tutup. Harganya mulai Rp 3 ribu sampai Rp 20 ribu. Tergantung varian isiannya. Pilihannya ada dengkil, bakso, iga, telur puyuh, tetelan, dan Mi So komplit. Warung milik Adi dan Maimana ini pernah dikunjungi mantan Ketua DPRD Kota Pekalongan Balgis Diab.

“Beliau datang ke sini sendiri. Tidak rombongan. Sengaja mau makan ke sini, katanya,” ucap Adi. (nra/zal) 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya