RADARSEMARANG.COM – Penggemar sate sapi, perlu mencoba Sate Bumbon khas Kendal Pak Juniadi. Selain dagingnya empuk, bumbunya meresap, yang menjadi pembeda dengan sate sapi lain adalah menu pendampingnya. Sayur lodeh nangka muda dan toge rebus.
Sate bumbon Pak Junaidi lokasinya di Jalan Mataram (Tembus), Dukuh Getas, Desa Jambearum, Kecamatan Patebon. Warung ini selalu ramai. Jadi jangan sampai kesorean jika tidak ingin kehabisan.
Sang pemilik warung sate bumbon, Junaidi mengatakan, resep sate bumbon miliknya sudah turun temurun. Dari kakeknya bernama Tipah, yang sudah berjualan pada zaman penjajahan Belanda. Kemudian diteruskan ayahnya, Sarmadi. “Kakek dan ayah saya jualan dengan cara berkeliling, dipikul,” katanya kemarin (17/4/2021).
Setelah kakek dan ayahnya tiada. Usaha sate bumbon dilanjutkan Junaidi bersama sang istri, Suci Widayati. Junaidi mengawali jualan sektiar 1999 di Kota Semarang. tepatnya di Jalan Simongan, Kelurahan Bongsari. “Di sekitaran Sam Poo Kong,” katanya.
Singkat cerita, karena alasan keluarga, ia pindah dan kembali membuka usaha di Patebon, Kendal. “Alhamdulillah, sampai sekarang lancar,” ujarnya.
Warungnya sederhana. Tapi jangan tanya pelanggannya. Banyak pejabat yang cocok dengan menu sate bumbon. “Baru-baru ini Bu Krisseptiana Hendrar Prihadi, makan di sini,” akunya.

Proses pembuatan sate bumbon memakan waktu cukup lama. Termasuk dalam pemilihan daging. Ada dua jenis daging sapi yang dipakai. Yakni daging has luar (sirloin) dan has dalam (tenderloin).
Bahan baku daging ia beli langsung dari Limpung Kabupaten Batang. “Saya pilih sendiri, supaya tahu kualitas dan tekstur dagingnya,” jelasnya.
Proses pembuatannya juga cukup rumit. Setelah daging di potong kecil-kecil, daging tidak langsung ditusuk. Melainkan direndam dengan bumbu rempah-rempah yang sudah dicampur dengan gula aren. “Gula arennya pun yang asli, dari pembuatnya langsung di Kecamatan Limbangan,” paparnya.
Proses perendaman daging di air bumbu agar bumbu meresap. Sedangkan air gula aren agar daging sapi tetap lentur dan empuk. “Proses perendaman lebih kurang satu sampai dua jam,” katanya.
Setelah direndam, daging ditiriskan kemudian ditusuk. Meski sudah dibumbui, sate akan dicelupkan ke bumbu lagi pada saat posisi setengah matang pembakaran. “Jadi dua kali dibumbui,” tambahnya.
Proses pembakaran sate harus betul-betul di atas bara arang yang maksimal. Artinya tidak ada api yang menyala kecuali hanya bara. “Sehingga saat dibakar betul-betul matang tidak ada yang hangus di luaran saja,” terangnya.
Sedangkan sayur lodeh nangka muda yang disajikan bersama sate bumbon ini dimasak dengan dicampur urat sapi. Sehingga rasanya khas. “Malah orang ke sini banyak yang nanya sayur lodehnya, karena khas menimkati sate bumbon ini memang sama lodeh nangka muda dan toge,” kata sang istri, Suci Widayati.
Satu paket sate bumbon, berisi 10 tusuk, sayur lodeh nangka muda satu mangkok, toge rebus satu mangkok, sambal kacang dan lalapan irisan cabe, bawang merah dan tomat. “Harganya Rp 63 ribu. Kalau tidak pakai sayur lodeh Rp 59 ribu,” katanya.
Tapi warungnya juga menyediakan paket hemat. Yakni lima tusuk sate, nasi satu piring, sayur lodeh, toge rebus dan sambal kacang serta lalapan. “Satu paket Rp 38 ribu,” tambahnya. (bud/zal)