27 C
Semarang
Tuesday, 24 December 2024

Sudah Ada Sejak 1955, Nasi Koyor Kota Lama Jadi Buruan Pejabat

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Bagi anda pecinta kuliner olahan jeroan sapi, patut mampir ke warung makan nasi koyor Kota Lama Semarang. Lokasinya tepat di samping Gedung Marba. Warung makan legendaris yang sudah berdiri sejak 1955 ini, punya menu andalan. Koyor urat sapi.

Warungnya memang sederhana. Bangunan semi permanen dengan lebar dua meter dan panjang tidak lebih dari tujuh meter. Namun pelanggannya jangan ditanya. Sudah banyak tokoh dan pejabat yang rela mampir demi nikmatnya nasi koyor ini.

“Pak Tjahjo Kumolo (Menpan RB, Red). Pak Abioso (Wakapolda Jateng), Pak Bambang Yoga, sekarang jadi Kapolres Sukoharjo. Kalau ke Semarang sering mampir ke sini. Almarhum Pak Muladi juga dulu sering ke sini,” kata Yuli, pemilik warung.

Yuli menerupakan generasi generasi kedua usaha orang tuanya. Ia baru meneruskan usaha ibunya pada 2015 silam. “Sebelum saya lahir, ibu sudah berjualan. Mungkinan nanti anak saya gentian yang meneruskan,” ujarnya.

Warungnya buka setiap hari, mulai pukul 08.30 hingga pukul 15.00. Jika ingin merasakan nikmatnya nasi koyor ini, datanglah lebih awal. Sebelum makan siang. Sebab, tak jarang menu andalan sudah habis menjelang siang.

Nasi koyor Kota Lama Semarang (Agus Hariyanto/RADARSEMARANG.COM)

Warga Kaligawe ini mengatakan, menu yang disajikan telah berkurang. Sebelumnya, menunya beragam. Ada babat, iso, daging, paru, dan limpa. “Tapi sekarang setelah Pasar Johar pindah, itu susah didapatkan. Adanya cuma babat, iso, tapi banyak yang tidak suka. Peminatnya sedikit,” keluhnya.

Nasi koyor milik Yuli sebenarnya seperti pada umumnya. Namun ada sentuhan bumbu-bumbu rahasia yang menambah masakannya lebih nikmat. Cocok untuk semua kalangan.

“Racikan bumbunya sama saja dengan masakan koyor lainnya. Ya ada sedikit bumbu-bumbu (tambahan), supaya ada tambahan rasa lebih nikmat,” kata Yuli yang tidak menyebut resep warisan orang tuanya.

Koran ini mencoba nasi koyor legendaris itu. Rasanya cenderung manis, gurih. Koyornya tidak alot. Bumbunya cukup kuat. Menandakan cara mengolahnya tepat. “Tidak sembarangan (memasak bahan utama) dan asal matang,” terang Yuli sembari menambahkan butuh waktu tiga jam untuk merebus bahan koyor.

Yuli juga memperhatikan besaran bara api. Memasaknya masih pakai arang. Katanya, bisa membuat aroma dan rasa lebih nikmat. Dalam sehari Yuli menghabiskan minimal tujuh kilogram jeroan untuk koyor.

Satu porsi nasi koyor dibandrol Rp 28 ribu. Sudah komplit, ada kering tempe, gudeg, kacang panjang, sambel goreng tahu. Potongan koyornya juga tidak pelit. “Kalau Sabtu dan Minggu, banyak pengunjung dari luar kota,” ujarnya.  (mha/zal)

 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya