RADARSEMARANG.COM – Memiliki tekstur daging yang unik, belut seringkali dijadikan bahan utama dalam berbagai jenis masakan. Selain digoreng, belut bisa diolah seperti mangut yang memiliki citra rasa yang pedas. Di Semarang, terdapat sebuah warung makan yang menyajikan olahan belut tepatnya di warung makan mangut belut Sampangan Hj. Nasimah.
Selain mangut belut, warung makan ini juga menyediakan kepala manyung, aneka pepes serta sayur. Warung makan yang sudah berdiri sejak 1980 ini selalu ramai pengunjung apalagi di saat jam makan siang.
“Warung makan ini yang pertama kali merintis adalah ibu saya, Hj. Nasimah. Kemudian, usaha ini saya lanjutkan selama kurang lebih 10 tahun,” ujar Sugiyati, anak bungsu Ibu Nasimah saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Sugiyati menuturkan, awal terciptanya menu mangut belut serta aneka masakan yang lainnya hanya coba-coba. Namun lambat laun, olahan masakan tersebut mendapatkan respon yang baik dari pengunjung.
Citra rasa yang pedas, dan gurih, serta daging belut yang empuk menjadikan masakan mangut belut di warung makan ini menjadi primadona bagi pengunjungnya. “Kalau mangut belut di sini, kita ada dua olahan, yaitu yang ekstra pedas dan yang biasa supaya para pengunjung yang suka pedas dan tidak suka bisa menikmati mangut belutnya,” jelasnya.
Satu porsi mangut belut dibandrol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk menu yang lainnya seperti kepala ikan manyung dibandrol dengan harga sampai dengan Rp 80.000 tergantung ukuran kepala ikannya.
Si pemilik warung menegaskan bahwa ketiga menu tersebut yang sering dibeli oleh para pengunjung. Namun selain ketiga menu tersebut masih banyak menu yang disajikan di sini serta berbagai makanan pelengkap lainnya.
Warung yang satu ini buka dari jam 08.00 sampai 16.00, dan waktu yang paling ramai dikunjungi oleh para pengunjung ialah waktu makan siang sampai sore hari. Meskipun di saat pandemi ini, warung makan yang satu ini masih menjadi tempat favorit bagi masyarakat untuk memuaskan rasa lapar mereka.
“Sebenarnya pukul 07.00 sudah mulai buka, mas, tapi kan menunya kita masih belum lengkap. Jadi, kalau mau yang sudah lengkap paling jam 08.00 sudah pada mateng semua,” tutur Sugiyati.
Ia mengungkapkan, meskipun rame pengunjung, namun efek pandemi ini sangat berpengaruh dengan penjualan. Menurutnya, jumlah pengunjung tidak seramai di saat sebelum pandemi terjadi. Kondisi ini pun membuat beberapa renovasi tambahan seperti pembuatan pembatas di saat pengunjung memesan makanan serta disediakan cuci tangan di luar warung, sehingga pengunjung harus cuci tangan terlebih dahulu.
“Aku pertama kalinya ini mas nyoba mangut belut ini karena diajak temen makan ke sini. Kalau dari segi rasa sih seperti mangut biasanya, tapi dari sisi belutnya sangat menarik karena diasap terlebih dahulu,” ujar Lukman, salah satu pengunjung dari Demak. (mg19/bas)