RADARSEMARANG.COM – Sop balungan ini memiliki cita rasa yang khas. Bertabur kacang merah yang jadi favorit pelanggan.
Menu makanan sop balungan Warung Makan Babe menjadi jujukan masyarakat pencinta kuliner. Selain warga lokal, juga menjadi langganan pengunjung luar kota yang singgah di warung tepi jalan raya Demak-Kudus, tepatnya di wilayah Desa Mranak, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak.
Selain diramu dari balungan sapi berbalut daging berkualitas, sop ini juga diolah oleh tenaga ahli yang mumpuni. Resep bumbu dan kelengkapan sayuran juga menambah cita rasa sop balungan made in Babe tersebut. Ada tomatnya, kentang, bawang goreng, dan sayur hijau-hijauan lainnya. Pokoknya komplit. Yang khas lagi juga ditaburi kacang merah. Jika dimakan dengan kuah yang masih panas, rasanya betul-betul mak nyuss dan terasa segar.
Warung Babe didirikan sekitar 2012 silam oleh Rahayu, warga Desa Mranak. Kini, usaha tersebut diteruskan oleh anak pertamanya, Dahniar Umi Kholifah. “Ibu sekarang sudah istirahat,” ungkap dia.
Mengapa dinamakan warung makan Babe?. “Warung Babe itu singkatan dari Barokah dan Berkah,” ujar Niar, sapaan akrabnya, saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Dia menuturkan, warung sop balungan kini terus berkembang. “Sudah ada tiga tempat.”
Niar yang sebelumnya tinggal bersama suaminya di Kendal, memilih kembali ke Demak untuk mengelola warung makan tersebut. Warung pertama (pusat) berada di jalan raya Demak-Kudus itu. Kemudian warung kedua berada di jalan lingkar Jebor Mranak dan warung ketiga ada di Katonsari, tepatnya diseberang Dinas Pendidikan. Sedianya, ekspansi di daerah lain seperti Kota Semarang dan Kudus akan dilakukan. Namun, lantaran ada pandemi Covid-19, upaya pengembangan itu sementara ditunda. “Karena itu, kita fokus dulu di tiga tempat yang sudah ada ini,” kata alumnus MA NU Demak ini.
Rahayu merintis usaha ini mulai dari nol. Modal awal hanya Rp 500 ribu. Awalnya, ia beli 2 kilogram balungan daging sapi lalu iseng-iseng dimasak dan dijual. Ternyata banyak yang suka. Sekarang, kata Niar, warung Babe tiap hari bisa melayani antara 200 hingga 300 mangkok. Sebanyak 17 karyawan dikerahkan untuk mengelola ketiga warung.
Balungan daging dimasak secara manual selama 4 jam di dandang hingga terasa empuk. Dipilih balungan yang ada dagingnya. Kualitasnya juga harus bagus sesuai standar. “Ciri khasnya, kuah bening, tanpa lemak, sayuran komplit. Ada kacang merahnya juga,” katanya.
Kacang merah, kata Niar, menjadi ciri khas sop balungan Babe yang dikelolanya tersebut. Satu porsi, sop balungan itu dijual dengan harga bersahabat. Yaitu, Rp 25 ribu per mangkok. “Kalau Rp 31 ribu plus nasi dan minum teh,” ujar dia.
Di warung miliknya itu, Niar juga tetap berjualan makanan lainnya, yakni gado gado. Kalau yang tidak makan sop balungan, biasanya pilih gado-gado. Jadi, ada alternatif lainnya. Harga juga terjangkau. Gado gado Rp 13 ribu per porsi. (hib/ton/bas)