RADARSEMARANG.COM – Berlibur adalah hal yang paling tepat untuk semua orang lakukan di kala penat dengan rutinitas keseharian. Tak heran, meski pandemi Covid-19, tetap banyak tempat wisata favorit yang didatangi untuk melepas penat. Terutama tempat wisata yang erat kaitannya dengan alam.
Bandungan yang berada di Kabupaten Semarang ini, tentu sudah banyak orang tahu. Tapi untuk destinasi wisata Camping Ground Gumuk Kapiran, belum banyak orang tahu. Lantaran baru bulan lalu dilakukan grand launching.
Destinasi wisata ini terletak di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di lingkungan Piyoto, Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Sudah pasti menawarkan daya tarik dan keunggulan pemandangan alam pegunungan dan kesejukan udaranya yang khas.
Ada bentangan setengah lingkaran yang bisa memperlihatkan beberapa gunung di Jateng, seperti Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing, Gunung lawu. Hal ini yang membuat wisata ini sangat cocok untuk melihat sunrise dan sunset.
Terciptanya destinasi wisata baru ini, diinisiasi oleh dua organisasi pecinta alam. Yaitu Pecinta Alam Semarang (PAS) dan Gerakan Edukasi Masyarakat untuk Bumi Ekologi Lestari (Gembel Crew). “Saat ini masih dalam tahap pembangunan. Masih sekitar 30 persen. Rabu lalu (20/1/2021) baru sampai tahap perbaikan jalan,” ungkap Ketua Karang Taruna Piyoto, Sholeh.
Dia jelaskan, kata “Gumuk Kapiran” berasal dari kata “Gumuk” yang artinya bukit, dan “Kapiran” merupakan sebuah nama dari seseorang yang pernah mendiami lahan tersebut.
Di lokasi wisata tersebut, jelasnya, terdapat tebing bernama Pereng Putih yang masih dihuni lebih dari 30 ekor monyet. Tebing ini masih rimbun, dipenuhi oleh pepohonan bambu. Namun Sholeh mengaku, pohon-pohon bambu itu akan ditebang menjadi lokasi wisata. “Itu nantinya akan jadi tempat wisata sebelum menuju ke camping ground,” jelasnya.
Fasilitas-fasilitas yang saat ini disediakan oleh pengelola, sementara ini baru musala, toilet dan dua warung yang masih dalam tahap pembangunan. Luas area wisata 3 hektare lebih, namun sebagian masih dimanfaatkan oleh pemilik lahan untuk berkebun sayur dan bunga mawar. “Ya, nanti hasilnya akan dibagi oleh pemilik lahan. Karena awalnya itu lahan milik pribadi warga setempat,” jelasnya.
Pertama kali wisata ini diperkenalkan, saat pergantian tahun baru 31 Desember 2020 lalu. Pembukaan dihadiri oleh Camat Bandungan, Kapolsek, Danramil, Lurah Bandungan, stakeholder serta tokoh masyarakat lingkungan Piyoto. “Pas launching, pengunjungnya sampai sekitar 100 orang sampai kami menutup tempat ini. Soalnya harus mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.
Untuk bisa mengakses wisata ini cukup mudah, patokannya dari arah Susan Spa yang berada dekat Pasar Bandungan. Jika sudah sampai di daerah Gintungan, ada papan petunjuk yang akan mengarahkan menuju ke lokasi wisata tersebut. Untuk para pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 5.000 sekali masuk. (mg19/ida)