RADARSEMARANG.COM – Arung jeram atau rafting mungkin sudah menjadi hal biasa bagi banyak orang. Medannya sama saja: sungai deras berbatu. Tapi, tidak semua lokasi rafting punya catatan riwayat khusus yang menjadi daya tarik tersendiri.
Desa Sikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, pernah menjadi lokasi syuting film layar lebar era 1990 “Balada Cinta Anglingdarma”. Tepatnya di Curug Bengkawah dan sepanjang Sungai Jasa. Kini, tempat itu menjadi objek wisata. Bernama “Cubeng Rafting” atau Curug Bengkawah Rafting.
“Dulu saya terlibat di film itu. Waktu masih SD. Oleh kru film, saya disuruh bermain air di bawah Curug Bengkawah itu. Dibayar beberapa rupiah,” kata Pengelola Desa Wisata Sikasur Warsito.
Desa Sikasur berbatasan dengan Kecamatan Randudongkal. Terletak 36 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Desa Sikasur masih asri. Areal persawahan masih luas. Rimbun pohon. Dari loket wisata, gagahnya Gunung Slamet tampak jelas. Kata Warsito, itulah mengapa Desa Sikasur menjadi lokasi syuting film yang diperani aktor Baron Hermanto itu.
“Jadi, rafting bukan sekadar rafting. Sambil rafting, pengunjung juga mendapat pemandangan indah khas pedesaan,” katanya.
Dari loket ke lokasi rafting, harus berjalan sekitar 5 menit. Melintasi jalanan menurun dan berbatu. Kanan dan kirinya areal persawahan. Menjelang sampai lokasi, pemadangan berubah menjadi hutan. Jalannya makin terjal. Dari jalan terjal itu, suara Curug Bengkawah sudah terdengar. Kera-kera liar menyambut.
Titik start rafting sangat dekat dari Curug Bengkawah. Suara hempasan air terjun curug itu cukup keras. Pemandu rafting bahkan harus berteriak ketika memberi arahan kepada pengunjung. “Arus sungai saat ini sedang tidak terlalu deras. Sungai juga sedang tidak dalam. Tapi harus tetap hati-hati. Jangan panik ketika nanti ada yang terjatuh,” seru salah satu pemandu kepada semua awak rafting.
Panjang lintasan Cubeng Rafting 7 kilometer. Mengarungi dua sungai, yakni Sungai Jasa dan Paku. Kata Pemandu, saat arus tidak terlalu deras butuh waktu kurang lebih satu setengah jam. Jika deras hanya setengah jam.
Ada tiga titik pemberhentian. Pertama, di pertengahan Sungai Jasa. Lalu di perbatasan antara Sungai Jasa dan Sungai Paku. Kemudian di Sungai Paku. Titik finish di ujung dekat persimpangan arus Sungai Paku dan Sungai Comal.
Wakil Ketua asosiasi pelaku pariwisata Indonesia (ASPPI) wilayah III Jawa Barat Ismayasari yang waktu itu juga mencoba rafting di Gubeng mengaku terkesan. Ia mengatakan, rafting di Cubeng tidak hanya sekadar rafting. “Kami juga bisa menikmati pemandangan sekitar. Kami sempat turun dari perahu di titik pemberhentian pertama. Bermain air dan melihat areal persawahan dari dekat bibir sungai. Asyik dan seru,” ungkapnya.
Rafting hanyalah satu dari sekian wahana di Desa Wisata Sikasur. Ada wisata edukasi tanam padi, tangkap ikan, kesenian sintren angklung, Telaga Silating, outbound, dll. (nra/ton/bas)