RADARSEMARANG.COM, Semarang – Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kota Salatiga meraih peringkat tertinggi dalam kejuaraan Jateng Open 2022 di GOR Tri Lomba Juang Mugas Semarang Kamis (3/3). Dengan perolehan 4 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
Ketua Umum (Ketum) PASI Kota Salatiga Dance Ishak Palit menuturkan, di tengah kondisi pandemi Covid-19, atlet PASI Kota Salatiga tetap berlatih di lapangan.
Hasilnya sangat mengejutkan. Salah satu atlet, Indah Puspitasari meraih dua medali emas. Cabang lari 100 meter dan 200 meter putri. Disusul dua atlet lainnya yang meraih medali emas, Galih di nomor lempar cakram putra dan Wahyu di lempar cakram putri.
“Pertama-tama saya berterima kasih kepada teman-teman atlet dan juga pelatih. Karena bisa melejit. Bahkan, yang harapan kami bisa mengalahkan Lusiana, itu malah disalip oleh Sari,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM
Dia mengatakan, ketika sesi latihan, Indah Puspitasari biasanya ada di 12.20 detik. Saat Jateng Open, melejit di 12.12 detik. Hal tersebut konsisten hingga cabang lari 200 meter.
Hal senada disampaikan pelatih Indah Puspitasari, spesialis nomor sprinter dan lompat Harnum Fida Sanjaya. Dirinya mengaku sangat terkejut. Hasilnya melebihi target.
Karena ada beberapa atlet belum ditargetkan untuk kejuaraan nasional. Namun bisa merebut dua medali emas. Ini kali pertama atlet tersebut turun di ajang nasional kelas senior. “Jujur saya sangat terkejut,” tuturnya.
Dia mengaku, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Salatiga sangat perhatian kepada atlet Salatiga. Selama pandemi, atlet-atlet Salatiga sangat difasilitasi.
Stadion Kridanggo dibuka. Namun, hanya boleh digunakan untuk latihan atlet. Pandemi yang masuk tahun ketiga sangat berbeda dari tahun pertama dan kedua.
“Kami ada jadwal latihan Senin sampai Jumat. Pagi pukul 05.00 dan sore 15.30. Program kami sangat termonitor. Menyesuaikan target kejuaraan masing-masing. Biasanya Senin untuk latihan speed endurence. Selasa, latihan fitnes. Rabu, full speed. Kamis, fitnes. Jumat, speed reaksi,” sambungnya.
Pihaknya berharap, atlet atletik Kota Salatiga khususnya, tetap rendah hati. Jangan merasa puas dengan hasil yang sudah diperoleh. Terus pupuk motivasi untuk mencapai puncak prestasi yang maksimal.
Perlu diingat, atlet tidak bisa hanya mengandalkan menjadi atlet. Karena di Indonesia, atlet bukanlah pekerjaan. Sedangkan orang hidup butuh pemasukan untuk bertahan hidup.
“Kepada pemerintah, kami harap bisa memberikan atensi untuk para atlet. Memberikan jaminan pekerjaan yang layak, jika nantinya memang usianya sudah tidak produktif untuk menjadi atlet,” tutupnya. (cr1/ida)