27.5 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Sejak SD, Dewa Sudah Kerap Jadi Pemain Terbaik dan Top Skor

Menonton Laga PSIS vs PSM di Rumah Alfeandra Dewangga Santosa

Artikel Lain

 

RADARSEMARANG.COM – PSIS memang belum berhasil lolos ke semifinal Piala Menpora 2021. Namun Puguh Santosa merasa bangga, putra bungsunya, Alfeandra Dewangga Santosa bisa memperkuat tim kebanggaan Kota Semarang ini.

Jumat (9/4/2021) tadi malam, Puguh Santosa menyaksikan anak bungsu kesayangannya, Alfeandra Dewangga Santosa, berlaga membela tim PSIS di delapan besar Piala Menpora 2021 melalui layar televisi 40 inchi di rumahnya Jalan Pucang Anom Timur IX No 14, Pucang Gading, Mranggen, Demak. Meski menonton sendiri, ia tetap menunjukkan antusiasmenya. Seperti pecinta bola pada umumnya, Puguh ikut bersorak saat momen krusial pertandingan.

“Memang sengaja nggak ngadain nobar (nonton bareng). Soalnya saya kan di sini Ketua RW juga, nggak mungkin ngajak warga berkerumun di rumah dalam kondisi pandemic begitni. Jadi ya sudah, kita nonton di rumah masing-masing, juga tetap seru,” tutur Puguh kepada RADARSEMARANG.COM yang juga ikut menonton laga perempat final PSIS Semarang versus PSM Makassar di kediaman orang tua Alfeandra Dewangga Santosa ini.

Ia mengatakan, pernah suatu hari sebelum pandemi Covid-19, warga pernah meminta nobar di lapangan dengan layar tancap saat Dewa –panggilan akrab Alfeandra Dewangga Santosa— berlaga membela timnas Indonesia. Tapi Dewa melarang ayahnya. Puguh pun menceritakan sifat pemalu anaknya.

“Si kecil ini anaknya pendiam. Tapi mandiri, butuh apa-apa cari sendiri. Kalau laper, ya masak sendiri. Telur lauk kesukaannya,” ungkapnya.

Bakatnya bermain sepak bola, diakui, bukan diturunkan dari dirinya. Sebab, Puguh dulunya pemain bola voli. Tapi herannya, ketiga anaknya justru menggemari sepak bola sejak kecil. Dan, tidak ada yang mewarisi dirinya sebagai pemain bola voli.

Karena itu, Puguh pun mendaftar ketiga anaknya ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Sport Supaya Sehat (S3). “Kalau Dewa awalnya hanya ikut kedua kakaknya berlatih di Lapangan Sidodadi. Baru pada 2005, ia gabung di SSB S3,” paparnya.

Awal Dewa merintis karirnya sebagai pesepakbola nasional memang dari SSB S3. S3 yang berusia lebih tua dari PSIS sendiri memang dikenal banyak melahirkan pemain andal. Dewa mengikuti kedua kakaknya Angga dan Esa berlatih setiap hari. Mulai SD, ia telah menyabet gelar pemain terbaik maupun top skor. Setidaknya setahun ada empat juara yang disabetnya.

“Saya nggak pernah menghitung, jadi nggak tahu jumlah persisnya berapa. Tapi mungkin puluhan ada, karena Dewa ikut tanding sejak kecil,” jelasnya sambil menyalakan televisi saat laga dimulai.

Meski istrinya sibuk bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, namun tetap memberi dukungan penuh pada keinginan Dewa. Saat masuk SMA, Dewa mengikuti seleksi Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) se-Jawa Tengah. Dewa lolos dan tinggal di asrama selama tiga tahun hingga lulus SMA.

Diakui, semua yang dijalani merupakan pilihan Dewa sendiri. Tak ada paksaan atau tuntutan dari orang tua sedikit pun.

Memang jejak karir sepak bola kedua kakaknya tak ada yang semoncer Dewa. Tapi kakak pertamanya dulu pernah menjadi pemain PSIS junior dan lanjut sebagai atlet Persipur Purwokerto.

Menurut Puguh, putra bungsunya yang kelahiran 28 Juni 2001 ini memang sedikit lebih berbakat dan gigih dalam berlatih. “Si kecil latihan sehari dua kali, pagi dan sore. Dulu saya antar, sekarang semua urusan sepak bola udah diurus sendiri. Bahkan kalau mau tanding ke luar kota pesen ojek online dari rumah,” ujar Ketua RW 20 Kelurhan Batursari, Mranggen, Demak ini.

Bekal yang diperoleh dari PPLP lah yang mengantarkannya menjadi pemain Timnas U-19 kala itu. Fahri Husaini adalah pelatih yang mengambilnya. Sebelum Covid-19 mewabah di Indonesia, Puguh menyaksikan laga Dewa di Piala AFC yang digelar di Jakarta dua tahun silam.

Terakhir kali, Puguh menyaksikan pertandingan live yang dimainkan anaknya pada Maret 2020 di Stadion Moch. Soebroto Magelang sebelum PSBB diberlakukan. Dewa baru bergabung dan menendatangani kontrak dengan PSIS pada Januari 2020 silam.

“Dulu malah pas di PPLP Dewa jadi striker, pemain depan. Tapi ya nggak masalah, kan merasakan posisi lain juga pengalaman,” tandasnya.

Pemain PSIS yang juga bintang iklan Indomie ini tergolong pemain muda berbakat. Meski dapat dikatakan berasal dari keluarga yang berkecukupan, tapi Dewa tak ingin menonjolkan dirinya. Saat pergi latihan pun ia lebih memilih membawa motor bebek daripada mobil di garasi rumahnya.
Puguh tak pernah menyangka anaknya dapat memiliki karir segemilang ini. Ia hanya mendukung kemauan baik anaknya. Tempo hari usai menyelesaikan SMA, ia menawarkan anaknya untuk mendaftar di kepolisian. Anaknya menolak karena punya angan lain.

Kini pemain nomor punggung 19 PSIS itu justru kuliah jurusan hukum di Universitas Semarang (USM) tahun pertama. Alasannya, lantaran ia masih ingin mengejar mimpinya sebagai atlet, tapi tak ingin gagal dalam pendidikannya. Kampus USM tak jauh dari Stadion Citarum, sehingga ia tetap bisa berlatih di sela kuliah.

Puguh sempat memperlihatkan foto-foto Dewa berjajar di dinding ruang tamu rumahnya. Sejak kecil, Dewa sudah biasa menggengggam piala top skor atau pemain terbaik. Saat gabung PLPP, Dewa juga pernah tergabung dalam Timnas Pelajar, dan mengikuti laga hingga Iran. Ayahnya sendiri masih keheranan.

“Bangganya tidak bisa diukur. Hobi anak tersalurkan dengan baik, ia mengikuti seleksi dan semua pertandingan karena kemauan dan usahanya sendiri. Jadi kami ya ikut seneng sekali pastinya,” katanya.

Meski pertandingan tadi malam tidak sesuai hasil yang diharapkan, tapi Puguh tetap merasa bangga, dan akan terus memberi dukungan untuk anaknya dan PSIS. Karena tentu perjuangan ke depan masih sangat panjang. (cr1/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya