RADARSEMARANG.COM – Nama Muhammad Yunus sempat menjadi idola dan pilihan utama mengisi starting line up PSIS Semarang. Namun semenjak 2019 lalu, nama tersebut seakan tenggelam. Setelah cidera menghantam dan membuanya vakum dalam waktu yang lama.
Bagi penggemar PSIS sejati, nama Muhammad Yunus tidak asing di telinganya. Bahkan pemain 32 tahun tersebut pernah menjadi idola yang dielu-elukan. Apalagi ketika membawa Mahesa Jenar promosi ke Liga 1 tahun 2017 lalu. Namanya kian berkibar.
Namun saat ini, nama sang gelandang jangkar seakan tenggelam. Setelah pada April 2019 lalu diterpa cidera Posterior Cruciate Ligament (PCL) yang mengharuskannya vakum berkepanjangan.
Meski menghabiskan sebagian besar masa karirnya bersama PSIS Semarang, M Yunus tidak serta merta lahir dari akademi Mahesa Jenar. Dirinya memang putra asli Temanggung yang kali pertama memulai karir profesional sebagai pesepakbola bersama Persitema Temanggung sejak tahun 2011. Dirinya kala itu bertanding di Divisi II Nasional. Bersama timnya, pria 32 tahun ini berhasil membuktikan bahwa ia memang pemain berbakat. Dirinya bermain cukup impresif. Terbukti ia dapat berkontribusi membawa timnya melaju ke Divisi Utama Liga Indonesia. Bahkan, tahun 2013, ia juga berhasil membawa Persitema finish di peringkat 5 Grup II. Melihat hal tersebut, PSIS pun tertarik untuk merekrutnya. “Awal gabung PSIS tahun 2014. Saat itu PSIS masih bermain di Divisi Utama Liga Indonesia,” ujarnya.
Berpindah klub, tidak membuat performanya menurun. Justru bersama dengan PSIS, ia semakin matang. Terbukti di bawah asuhan Pelatih Subangkit, ia menjadi pemain tidak tergantikan. Puncaknya ia menjadi salah satu pemain yang berhasil mengantarkan Mahesa Jenar promosi ke Liga 1 pada tahun 2017. Bahkan ketika PSIS memulai musim perdana di kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia, ia masih dapat mempertahankan posisinya. Tetap menjadi pilihan utama dari pelatih Vincenzo Alberto Annese dan Jafri Sastra. Namanya pun semakin naik. Banyak anggota Panser Biru dan Snax yang mengidolakannya.
Hingga petaka pun hadir. Pada awal musim 2019, ia mengalami cidera cukup parah. Dimana PCL-nya mengalami robek sebanyak 75 persen. Ayah satu anak ini terpaksa menepi dari lapangan dan menerima perawatan. Namun siapa sangka, ia semula mengira hanya butuh waktu sebentar untuk pulih, justru harus vakum hampir lebih dari setahun. “Saat ini saya berada di rumah saja. Sambil melakukan recovery terapi penyembuhan,” lanjutnya.
Keadaannya pun lambat laun mulai membaik. Apalagi setelah menjalani dua kali operasi terhadap lututnya. Dirinya mengaku saat ini fokus menjalani terapi pada salah satu fisioterapis yang berada dekat rumahnya di Kudus. Yang dirasa lebih efisien dibanding melakukan terapi di Semarang. Lebih tepatnya di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang. Dimana fisioterapisnya yang dulu, Halim Mardianto yang juga mantan fisioterapis PSIS bekerja disana. “Kalau di Semarang terlalu capek. Soalnya jauh. Apalagi harus bangun pagi nyetir sendiri bolak-balik. Lebih baik di Kudus saja,” katanya.
Guna memulihkan kondisinya 100 persen, Yunus mengaku masih butuh waktu dua bulan lagi. Meski sudah menepi cukup lama, bukan berarti semangatnya untuk bermain sepakbola runtuh. Ia masih memiliki asa dapat bermain sepakbola kembali. Bahkan beberapa waktu terakhir, ia sudah mulai terjun ke lapangan kembali. Dengan mengikuti Fun Game di Stadion Bumi Phala Temanggung bersama beberapa anggota suporter Panser Biru. “Ya tentu sudah ingin main lagi. Tapi kata fisio saya masih kurang dua bulan. Setelah itu saya bisa lulus,” katanya.
Guna menemani kebosanannya selama menepi dari lapangan, Yunus mengaku banyak melakukan aktivitas. Seperti bersepeda seminggu sekali. Menurutnya olahraga tersebut dapat membantu proses penyembuhan cidera. Selain itu, ia mulai berbagai bisnis. Seperti di bidang kertas, kue, kopi dan tembakau. Dengan itu, ia merasa bersyukur, di balik musibah cidera, masih ada hal baik yang Tuhan berikan. Ia dapat lebih fokus mengembangkan usaha lain di samping sepakbola. “Ya karena saya di rumah, saya jadi tidak keter mengurus usaha. Alhamdulilah sekarang beberapa usaha mulai berkembang,” ujarnya.
Bahkan di sela aktivitas tersebut, ia masih menyempatkan diri memantau perkembangan tim dan kawan-kawannya. Ia tetap memberikan dukungan kepada mereka agar tetap bersemangat memberikan yang terbaik bagi para suporter. Bagaimanapun mereka adalah keluarga yang menjadi bagian dari kenangan tak terlupakan di hidupnya.
“Saya harap dengan kembali bergulirnya kompetisi, teman-teman PSIS bisa on fire kembali. Selama saya absen, saya tetap menjaga silaturrahim dan setia menjadi pendukung PSIS,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Kapten PSIS Hari Nur Yulianto berharap M Yunus dapat segera pulih. Ia selalu memantau kondisi sang sahabat dengan terus menjaga kontak denganya. Ia sudah rindu untuk bermain dan berkumpul bersama. Mengingat sejak dulu Hari dan Yunus merupakan teman sekamar, banyak berbagi cerita.
“Semoga cepat merumput dan satu tim lagi, bisa kembali ke performa terbaiknya setelah sembuh dari cedera. Saya masih sering kontak-kontakan. Termasuk cerita tentang sepakbola. Mungkin dia mulai rindu dengan sepakbola. Mulai serius lagi untuk penyembuhan. Semoga bisa segera pulih,” katanya. (akm/ida/bas)