RADARSEMARANG.COM, MUNGKID — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Magelang akan menyampaikan ke Pemerintah Pusat aspirasi dari paguyuban perajin tahu tempe Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo untuk mengendalikan harga kedelai dan minyak goreng.
Langkah ini merupakan aksi nyata DPRD Kabupaten Magelang setelah menerima demonstrasi dan audiensi paguyuban tersebut di depan gedung DPRD, Jumat (25/3). Ratusan perajin tahu dan tempe Desa Mejing berbondong-bondong mendatangi gedung wakil rakyat untuk menyampaikan keluhan dan tuntutan mereka yaitu kendalikan harga kedelai dan minyak goreng.
Mereka melakukan aksi teatrikal di halaman. Membawa produk mereka yaitu tahu, tempe serta minyak goreng. Selanjutnya, perwakilan warga diterima untuk audiensi bersama Wakil Ketua DPRD Soeharno serta Komisi II terdiri Ketua Prihadi; Wakil Ketua Gunawan, Sekretaris Sobikin, dan anggota Suharno, Gunawan Sugiarno, Sarimin, Sarifah Apriliani, Joko Anaryanto dan Sonhaji.
Anggota paguyuban tahu tempe wilayah Desa Mejing, Tri wahyudi menyebutkan sebelum pandemi Covid-19, harga kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe Rp 6.700 dan paling mahal Rp 7.000 per kilogram (kg). Namun, saat ini harganya Rp 12.200 per kg atau naik lebih dari Rp 5.000 per kg.
“Padahal saya per hari biasa memproduksi satu kuintal kedelai jadi tahu dan tempe, bisa dibayangkan berapa kenaikan ongkos produksi kami,” katanya.
Selain kedelai, lonjakan harga juga terjadi pada minyak goreng yang saat ini mencapai Rp 325.000 sampai Rp 350.000 per jeriken berisi 17-18 kg curah, dan dengan harga itu pun barangnya tidak ada di pasar. Perajin disodori minyak goreng kemasan dengan harga Rp 285.000 per karton yang dulu Rp120.000 per karton. Dengan banyak kenaikan harga itu, saat ini pihaknya harus tombok Rp 550.000 untuk produksi satu kuintal tahu dan tempe.
Koordinator aksi, Yunis Setyawan menambahkan industri tahu dan tempe di Desa Mejing menyerap banyak tenaga kerja tidak hanya warga Desa Mejing tetapi juga warga di sekitar desa tersebut. “Kami bingung saat kedelai dan minyak mahal. Padahal kami harus produksi setiap hari. Kami mau naikkan harga tahu tempe juga sulit karena jadi sulit laku di pasar, kami pusing,”imbuhnya.
Menanggapi keluhan itu, Soeharno mengatakan apa disampaikan perajin tahu tempe tersebut merupakan representasi keluhan seluruh perajin tahu tempe, bukan hanya warga Mejing Candimulyo. Karenanya, DPRD Kabupaten Magelang akan mengambil tindakan dengan menyampaikan aspirasi mereka ke Pemerintah Pusat melalui sistem kurir. Atau memberangkatkan Komisi II untuk menyampaikan langsung ke Presiden atau melalui Kementerian Perdagangan.
“Kami akan langsung mengirimkan surat aspirasi dari perajin tahu dan tempe ini dan diberi pengantar sehingga lebih cepat. Jadi kami tidak hanya memberi harapan tetapi kami apa yang menjadi harapan paguyuban kami laporkan secepatnya agar ada solusi,” katanya.
Ia mengungkapkan tahu dan tempe adalah salah satu sumber protein nabati bagi gizi masyarakat. Di wilayah Kabupaten Magelang, tahu dan tempe juga menjadi tradisi yang sering ada setiap hari di meja makan rumah tangga. Karenanya, upaya pengendalian harga kedelai dan minyak goreng menjadi hal yang mendesak. (adv)