RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sendang Kaliancar merupakan salah satu potensi di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan. Meski tidak dijadikan tempat wisata, sejumlah orang sering berkunjung ke sumber air ini.
Lurah Podorejo Yusdi Dwiyantoro menjelaskan, dirinya memang lurah baru yang dilantik pada 26 Oktober 2021 lalu. Kendati demikian, dirinya sudah mengenal potensi wilayah yakni Sendang Kaliancar di RW 1. Sendang Kaliancar terdapat dua sumber air, yakni Sendang Panguripan untuk laki-laki dan Sendang Pengasihan untuk perempuan.
Masyarakat di situ tidak bisa menjelaskan kapan Sendang Kaliancar muncul. Walaupun orang tua mereka sekalipun lahir, sendang tersebut sudah ada. Hingga kini, Sendang Kaliancar dilestarikan oleh masyarakat setempat untuk pemanfaatan kebutuhan warga.
Namun, warga setempat tidak berkenan untuk dijadikan tempat wisata karena sendang tersebut dianggap sakral sehingga tidak boleh dikomersialkan. “Tapi kalau ada orang ke situ ya sukarela saja untuk kebersihan dan perawatan,” jelasnya.
Tapi ketika diverifikasi oleh DLH Kota Semarang, Sendang Kaliancar Podorejo menempati peringkat ketiga lomba ngopeni Sendang. “Jadi langsung dihadapkan lomba seperti itu,” jelasnya.
Upaya pemulihan ekonomi di Kelurahan Podorejo juga dilakukan, seperti memfasilitasi UMKM ketika ada bazar. Kelurahan Podorejo juga memiliki potensi UMKM produk olahan gadung dan madu. Pelatihan-pelatihan pemberdayaan perempuan seperti pengolahan gadung agar tidak memabukkan saat dimakan.
UMKM ini sering mengikuti bazar di tingkat kecamatan, kota maupun lainnya. Ini merupakan salah satu langkah awal dalam memulihkan perekonomian. Bila UMKM bisa bangkit, tentu diharapkan bisa menyejahterakan masyarakat.
Dalam penanganan Covid-19, terdapat Kampung Siaga Candi Hebat di RW 9. Saat ini, tidak ada warga yang menjalani karantina mandiri.
Meski demikian, kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi masih kurang. Pihak kelurahan bersama FKK dan puskesmas melakukan vaksinasi secara door to door hingga tingkat RW. Namun, banyak warga yang belum mengikuti vaksinasi karena sering tidak ada di rumah. Rata-rata mereka adalah petani yang memilih bekerja di ladang maupun sawah. Tak heran bila vaksinasi di Podorejo masih rendah, sekitar 62 persen dari jumlah penduduk yang ditargetkan.
Yusdi berencana melakukan vaksinasi pada malam hari, saat warga sudah kembali ke rumah. Rencana ini dikoordinasikan dengan pihak puskesmas. “Jadi jemput bolanya nanti malam hari,” jelasnya. (fgr/ton)