RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bea Cukai Semarang memiliki enam pegawai perempuan di Seksi Penindakan dan Penyidikan. Saat ada pelanggaran mereka ikut menindak pelaku. Bahkan tak jarang turun ke lapangan.
Selama ini sektor tersebut indentik sebagai seksi yang maskulin, dianggap keras dan ditakuti. Kebanyakan pegawai di dalamnya laki-laki. Namun beberapa tahun terakhir Bea Cukai Semarang telah melibatkan pegawai perempuan di dalamnya. Anggapan usang itu pun telah terpatahkan.
“Ya ini juga sebagai bentuk respon pengarusutamaan gender yang digaungkan pemerintah,” ujar Octavia Sri Handayani, salah satu pegawai perempuan di seksi itu kepada RADARSEMARANG.COM.
Setahun terakhir Ia terlibat aktif melakukan pengawasan di kepabeanan, baik di kawasan berikat, hingga pemberantasan bkc ilegal, Meski begitu para pegawai perempuan tetap terjamin keamanannya karena mereka tak ditugaskan sendirian.
Untuk penindakan rokok ilegal, pihaknya juga bekerja sama dengan Satpol PP, TNI maupun POLRI. Tiga tahun terakhir hasil penindakan terus bertambah. Pada 2019 berhasil mengamankan 1,9 juta rokok illegal. Tahun berikutnya sebanyak 3,4 juta. Sementara hingga November ini tercatat 5,1 juta rokok ilegal disita.
“Seperti saat ada temuan rokok ilegal di bus, pegawai wanita bertugas menenangkan dan menjelaskan terkait kegiatan penindakan yang dilakukan pada sopir dan penumpang yang tidak tahu apa-apa,” jelas Octa.
Adanya para srikandi penindakan di Bea Cukai Semarang, juga mendukung pendekatan humanis saat aksi berlangsung. Sehingga masyarakat dapat menerima arahan dengan lapang dada dan tangan terbuka.
Tak jarang mereka mendatangi keluarga pelaku untuk pendampingan. Selain itu, tersangka wanita yang melakukan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai juga mendapat pendampingan oleh pegawai wanita pada saat pemeriksaan. Diceritakan saat operasi rokok ilegal di pasar masih banyak yang belum mengerti terkait rokok ilegal. Ia harus menjelaskan dan memperingatkan satu per satu.
“Itu sih tantangan terberat, di satu sisi mereka melanggar aturan, tapi juga pedagang yang mencari penghidupan dari sana. Ya mau gimana lagi, harus kami ingatkan dan jelaskan terkait peraturan dan sanksi yang berlaku,” tandasnya.
Bekerja di sektor tersebut mengharuskan pegawainya terjun ke lapangan. Jam kerja pun tak pasti karena ketika ada penindakan kita harus siap untuk melaksanakan kegiatan tersebut pada jam berapa pun. Namun di situlah tantangan kerja dan adrenalin terpacu. Ia membuktikan bila pegawai perempuan mampu dan layak menempati posisi tersebut. (taf/zal)