RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kekurangan staf tidak membuat pelayanan di Kelurahan Peterongan, Kecamatan Semarang Selatan terganggu. Sinergitas dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci dalam melaksanakan tugas. Potensi generasi muda dikerahkan sebagai salah satu ujung tombak penanganan Covid-19.
Lurah Peterongan Maria Sri Hastuty menjelaskan, kelurahan Peterongan hanya memiliki lurah yang dibantu oleh dua staf non-ASN. Sehingga, mereka harus bekerja sangat ekstra dalam pelayanan, khususnya pada saat pandemi.
Meski begitu, Tuty selalu berkoordinasi dengan bhabinkamtibmas, babinsa LPMK, FKK, PKK, Karang Taruna dan puskesmas. Tak lupa Gerakan Remaja Cegah dan Pantau Covid-19 (Gercep) juga digandeng dalam melakukan tracing Covid-19.
Diakui, Gercep Kelurahan Peterongan sangat berkembang. Apalagi mereka bukan hanya membantu di kelurahan saja, namun hingga sampai tingkat kota. “Apabila ada panggilan untuk membantu, ya mereka selalu siap,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Selain itu, bhabinkamtibmas dan babinsa sangat berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang wilayah Peterongan, pelayanan kepada masyarakat, pengenalan UMKM, dan edukasi Covid-19.
Pemerintah Kelurahan Peterongan Bersama bhabintamtibmas dan babinsa gencar melakukan sosialisasikan tentang tetap menjaga protokol kesehatan. Selain itu, memantau dan mengarahkan jika terdapat warga yang melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan, misalnya pesta pernikahan.
“Pak bhabin itu kan juga fotografer dan suka buat video, jadi saya usulkan agar mengedukasi masyarakat,” jelasnya. Masyarakat Peterongan ikut andil dalam pembuatan vlog. Sehingga, pemerintah akan terasa begitu dekat dengan masyarakat.
Kelurahan Peterongan memiliki potensi ekonomi dengan pembuatan keripik sukun. Namun, pohon sukun di Peterongan tidak selalu panen. Sehingga para pembuat keripik harus mencari bahan baku dari daerah lain. Kini, bukan hanya keripik, juga makanan lain yang terbuat dari sukun, seperti kroket sukun.
Pelatihan-pelatihan pun mulai dilakukan oleh ibu-ibu PKK untuk mengupayakan pemulihan ekonomi. Seperti pemanfaatan limbah rumah tangga, pelatihan batik ciprat. Produk dari batik ciprat seperti masker, sarung bantal, baju, dan tas. Ia berharap dengan adanya batik ciprat akan memunculkan UMKM baru. (fgr/ton)