RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bea Cukai Semarang memasuki tahap penilaian dari Menpan-RB untuk mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Mulai membuat ap. Dengan berbagai gebrakan baru, diyakini tahun ini peringkat tersebut dapat diraih.
Ketua Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas menuju WBK, Yoga Adi menjadikan kegagalan tahun lalu sebagai bahan bakar penyemangat meningkatkan kinerja dan integritas yang lebih baik. Banyak hal dijadikan pelajaran untuk perbaikan.
“Saat ini sudah sampai penilaian berkas di evaluation desk. September besok kemungkinan ada survey pelayanan dari mystery guest. Jadi kami nggak tahu kapan dan siapa yang menyamar jadi pengguna jasa kami,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dia katakan, banyak upaya perbaikan dilakukan. Mulai dari menertibkan dokumentasi dan publikasi kegiatan, mempercepat pelayanan dengan membuat aplikasi Sipanji, mengadakan peningkatan potensi dan motivasi pegawai dengan Bincang Bersama Generasi Milenial Semarang (Bincang Gemes).
“Dengan Sipanji, pengguna jasa dapat menyelesaikan urusannya tanpa harus datang ke kantor. Ini sudah diduplikasi di lima tempat, dan sebagian sudah berhasil dapat predikat WBK berkat Sipanji,” jelasnya.
Selain itu, Yoga menambahkan hampir 60 persen pegawai Bea Cukai Semarang merupakan milenial. Melihat banyak potensi dan ide yang dimiliki, pihaknya banyak melibatkan mereka untuk menyelenggarakan program dengan menarik.
“Mereka pegawai milenial ini saya akui punya banyak ide kreatif. Pas event ngadain giveaway, merchandise, challenge, dan konsep-konsep unik untuk buat acara,” imbuhnya.
Hingga kini kegiatan webinar Bincang Gemes sudah berjalan 15 kali. Tema yang dipilih setiap bulannya pun beragam. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki, ia menilai Bea Cukai Semarang dapat lebih dekat dengan masyarakat.
Iwan N selaku bagian sekretariat mendukung penuh langkah-langkah yang diambil Yoga. Ia mengatakan semua perbaikan yang dilakukan bukan semata-mata untuk meraih gelar. Namun juga keinginan Bea Cukai untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan keterbukaan informasi. “Salah satu kunci keberhasilan ini adalah intimacy. Kedekatan dengan instansi, satuan kerja, pengguna jasa, hingga masyarakat,” ujar Iwan.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam sosialisasi. Seperti halnya menjelaskan perbedaan rokok legal dan ilegal, hingga kerugian yang diakibatkan oleh rokok ilegal. Karena menurutnya belum banyak masyarakat yang mengerti betul akan hal itu. “Manajemen perubahan di segala bidang merupakan motor bagi tim untuk membuat semuanya lebih baik,” tegas Yoga.
Terlepas dari segala usaha yang telah ditempuh, Iwan berharap persepsi masyarakat terhadap Bae Cukai Semarang lebih baik. Kemudian para pegawai memahami nilai-nilai integritas. Karena WBK bukan sekadar gelar, namun amanah yang perlu dijaga. Bila tertangkap melanggar, predikat bisa dicabut sewaktu-waktu. “Tidak ada gunanya sebuah predikat bila masih ada gratifikasi terjadi di dalamnya,” tuup Iwan. (taf/ida)