RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kesenian menjadi salah satu aspek yang terdampak pandemi Covid-19. Termasuk kesenian wayang potehi di kawasan Pecinan, Semarang. Dari awal didirikan pada 1960, eksistensi kesenian ini mengalami pasang surut. Pada 2014 silam ketika Sang Maestro dalang wayang potehi Thio Tiong Gie (Teguh Chandra Irawan) wafat, kesenian khas Tiongkok sempat vakum. Namun sejak 2016, semangat pementasan kembali dihidupkan oleh anaknya, Herdian Chandra Irawan.
Selama pandemi, Herdian banyak mengalami kesulitan untuk melakukan pementasan wayang potehi. Berawal dari keluhan inilah, tim PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bidang Pengabdian Undip 2021 berinisiatif mengadakan pendampingan kepada kelompok kesenian wayang potehi Tek Gie Hien milik Herdian. Tim diketuai oleh Febrian Andika dari Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Indonesia 2018, dengan anggota, Ilma Zulfa (Sastra Indonesia 2018), Maydi Hanivirgine (Sastra Indonesia 2018), dan Rio Dwi Cahyono (Manajemen 2019). Dalam pelaksanaannya, mereka didampingi dosen pembimbing Laura Andri Retno Martini SS MA.
“Wayang potehi memang dekat dengan masyarakat Tionghoa. Tapi sudah jadi bagian dari kesenian Indonesia. Sehingga kesenian ini tidak hanya untuk segolongan orang tertentu saja,” jelas Andika kepada RADARSEMARANG.COM, (17/8/2021).
Upaya yang dilakukan Andika dan tim adalah melakukan pengelolaan secara internal ke sanggar seni Tek Gie Hien. Realisasinya dengan mengadakan diskusi mengenai konsep manajemen pertunjukan, pengelolaan akun sosial media, praktik desain akun sosial media, dan kaderisasi. Diskusi tersebut dilakukan melalui virtual zoom meeting dari awal hingga akhir Juli lalu. Selain itu, pada Minggu (8/8/2021) lalu, timnya juga telah mengadakan seminar dengan tema revitalisasi kesenian wayang potehi di era 4.0. Tujuannya, supaya masyarakat lebih mengenal dan mengetahui kondisi kesenian ini. “Di awal September nanti, rencananya kami akan mengadakan pementasan, tentu menyesuaikan kondisi,” katanya.
Banyak kendala yang dirasakan oleh Andika dan tim. Seperti adanya PPKM yang membatasi gerak dalam melakukan pengabdian langsung. Kendati demikian, ia berharap agar kesenian wayang potehi bisa tetap eksis. Sehingga nantinya ada regenerasi pengurus. “Kita harus lebih peka terhadap lingkungan bahwa kita memiliki kesenian yang harus dilestarikan. Sebagai generasi muda, kita juga memiliki tugas untuk mengenalkan kesenian ini kepada masyarakat luas,” pungkas Andika. (mg4/bis/aro)