26.1 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Capek Tapi Senang, Bisa Atasi Keluhan Warga

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Berbagai persoalan menjadi tanggung jawab gubernur. Baik soal kesehatan, pendidikan, perekonomian, hingga infrastruktur. Terlebih selama pandemi Covid-19 ini, banyak keluhan masyarakat yang perlu ditanggapi langsung. Apalagi Ganjar cukup aktif di kanal media sosial miliknya.

Ia sengaja menggunakan medos untuk bekerja. Berbagai keluhan dan persoalan dia tampung lewat medsos. Bahkan whatsapp pribadinya menjadi tempat sambat siapapun masyarakat Jateng.

“Tiap hari, semua orang isinya komplain macem-macem. ‘Pak BST kok nggak dapet pak? Pak PPKM mau sampe kapan? Ndasku wes mumet, pemerintah ngawur! Pak saya kok nggak dapet vaksin?” ungkapnya menirukan komplain yang masuk ke medsosnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Berbagai keluhan dia jawab dengan mengarahkan ke dinas yang berkaitan. Tak jarang, pertanyaan yang dilemparkan masyarakat di medsos memunculkan ide baru. Seperti halnya call center Covid-19 Jateng yang terpusat.

Menurut Ganjar, kerelaannya meluangkan waktu secara tidak langsung mendorong organisasi perangkat daerah (OPD) ikut aktif menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat. Ia telah mencontohkan kepada bawahannya agar ikut merespon kebutuhan rakyat. “Saya berkali-kali bilang ke bupati, camat, kades, nomor telponmu ki bagikno, kalau ada yang nanya dibantu, diarahkan,” jelasnya.

Ia mencoba menghadirkan kemudahan untuk rakyat. Misalkan ada aduan belum mendapat BST, dapat langsung diberi. Tak perlu berbelit-belit menyuruh rakyat untuk mengurus. Ia sendiri beberapa kali dimintai bantuan sembako. Tanpa ambil pusing orang tersebut diminta datang ke kediaman Ganjar di Puri Gedeh. Cara ini dinilainya lebih cepat menyelesaikan persoalan. “Orang rakyat lagi susah, ya wajar kalau banyak yang sambat,” tegasnya.

Lebih lanjut, terlepas dari keluhan dan hujatan yang diterima setiap hari di kanal medsosnya, Ganjar menikmati semuanya. Ia mengaku tak keberatan dikritik, karena sudah menjadi tugasnya untuk mendengar. Ia justru senang bergelut di politik. Terlebih peran media untuk kontrol sosial. Ia sangat mengapresiasi hal itu. “Kalau sampean nggak mengingatkan saya, kan malah bengkok terus, nggak sadar kalau ada yang keliru,” ungkapnya.

Dalam membuat kebijakan pun ia mengaku tak selalu benar. Ketika menyadari titik kekurangan dan kesalahan, ia mengevaluasi dan memperbaikinya. “Karena saya seneng, sudah passion-nya. Saya kerjakan dengan asyik-asyik saja. Membagi waktu pun biasa saja, istri dan anak juga sudah paham,” imbuhnya.

Bahkan dalam kesehariannya diselipkan kampanye ‘Lawan Corona’. Terlebih saat bersepeda setiap pagi. Ia berkeliling kota. Pada rute yang paling sering dilewati, warga hafal betul gestur tubuh Ganjar meski memakai masker. Sama halnya di pasar, saat dia diam-diam berkeliling untuk melihat mengontrol protokol kesehatan (prokes). “Saat saya bilang ‘maskere bu!’ Orang sepasar paham dan langsung respon ‘ada Pak Ganjar’ meski tak melihat saya berada di sebelah mana,” ceritanya.

Itulah caranya mengontrol operasional pasar saat pandemi Covid-19. Sejauh ini, Ganjar tak melihat upaya dari pengelola pasar untuk terus mengontrol pedagang. Sehingga ia merasa terpanggil untuk melakukan tugasnya. Tanpa bosan mengingatkan semua yang dijumpai. “Sudah setahun saya berkeliling pasar, tapi nggak ada yang namanya satuan petugas Covid-19 yang bertugas mengingatkan. Ya saya akui kualitas pelayanan pasar masih buruk,” ujarnya.

Tak cukup sampai di situ, dalam perjalanan gowes ia kerap melakukan kunjungan. Baik acara vaksin, menyerahan BST dan lainnya. Namun ia menyontohkan perilaku taat prokes, dengan menolak siapapun yang mengajak bersalaman.

Lebih jauh, gebrakan yang dilakukan seringkali datang dari kearifan lokal yang sudah ada. Seperti halnya jogo tonggo. Budaya orang Jateng untuk saling membantu dan menjenguk bila tetangga memiliki hajat.

Pada titik tertentu, ia mengakui amanah yang dipikul bukan sangat berat. Ia harus melayani masyarakat. Saat dilantik, ia ingat betul pesan ibu kandungnya untuk tidak korupsi. Sudah lama ia ingin terjun ke politik. Meski masa mudanya tak jarang, Ganjar ikut berdemo, mengkritik pemerintah. Kini ia berada pada posisi yang didemo. Ia memahami harapan para pendemo.

“Dibilang pusing ya pasti pusing. Tapi ini sudah jadi tugas saya. Saya paham rakyat perlu kami layani, karena memang kami dibayar untuk itu,” tegasnya.

Meski begitu, dalam menanggapi persoalan tambang di Jateng tak banyak yang tahu. Bahwa ia sering menolak banyak proyek pendirian pabrik semen baru di Jateng. Orang lebih cenderung mengetahui bila ia telah mengizinkan proyek di Pegunungan Kendeng, Rembang. “Saya membatalkan banyak proyek, nggak jadi cerita. Yang diceritakan ya kasus Rembang, sama halnya dengan kasus Wadas sekarang,” ujarnya.

Mengatasi persoalan itu, ia meminta pihak BBWS untuk betul-betul melibatkan warga dalam kajian dan serangkaian proses. Karena itu merupakan tanggung jawab BBWS selaku pelaksana. Segala fasilitas yang nantinya dibangun juga untuk dikelola rakyat sebagai wujud pemberdayaan masyarakat.

Datang dari keluarga sederhana, di masa kecilnya, Ganjar pernah mengalami rasa iri, saat saudara kandungnya yang lain dibelikan pakaian baru. Menunggak bayar UKT kuliah, hingga kesulitan lainnya. Ternyata itu pendidikan dari Yang maha Kuasa. Itu modal yang membuatnya mengerti keadaan dan penderitaan yang dirasakan rakyat kecil saat ini.

Dalam menjalani hidup, ia tak memiliki tokoh idola yang mutlak. Menurutnya saa ini inspirasi bisa datang dari siapa saja. Terlepas profesi atau usia seseorang. Ia melihat anak muda inspiratif saat ini yang menyelesaikan persoalan kehidupan dengan inovasi baru. Hal itu sangat menarik dan memotivasinya. “Banyak orang yang saya kagumi itu tidak harus pejabat hebat, tapi orang-orang yang berada di bawah dan mau berusaha bangkit,”  tandasnya. (taf/fth/kom/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya