34 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Konsisten Jaga dan Hidupkan Ekosistem Lingkungan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Camat Gajahmungkur, Kota Semarang, Yudi Wibowo, terus menggenjot semangat masyarakat untuk memaksimalkan potensi lokal yang dimiliki.

Gajahmungkur salah satu kecamatan di Kota Semarang yang memiliki segudang potensi. Dengan wilayah seluas 907 ha, Gajahmungkur terbagi atas delapan kelurahan, 51 RW, dan 344 RT.

Saat peringatan Hari Lingkungan Hidup dan Hari Transportasi Umum Kota Semarang beberapa waktu lalu, Yudi mencontohkan hal-hal konkret. Ia menggerakkan kegiatan penanaman pohon, menebar bibit lele, melepas burung perkutut, dan naik angkutan umum.

Hal itu dilakukan demi terjaganya kultur lingkungan di wilayah Kecamatan Gajahmungkur. Rencana awal, penanaman pohon, penebaran bibit lele, pelepasan burung perkutut dilaksanakan setiap Selasa dalam kurun waktu empat minggu.

Karena itu, pada Selasa (8 Juni) lalu, tepatnya di minggu pertama, Yudi melepas 275 ekor perkutut di delapan kelurahan dan kecamatan. Total, ada sembilan titik pelepasan.

“Tujuannya, agar burung-burung itu bisa berkembang-biak dengan baik dan tidak punah. Sebab, jika dipelihara, mereka tidak bisa berkembang dan akan mati. Kalau dilepas, mereka bisa berkembang-biak. Meski tidak ada jaminan 100 persen ya,” jelas pria kelahiran Karanganyar, 4 November 1966, itu.

Pada hari yang sama, Camat Yudi bersama jajarannya juga menanam pohon mangga dan bougenvile di halaman samping dan belakang kantor kecamatan. Hal itu dilakukan atas rasa sukanya dengan lingkungan yang asri, sejuk, dan alami. Yudi mengaku, lingkungan yang nyaman, membuat pikiran menjadi fresh dan terasa bebas dari tekanan hidup.

Upaya nyata lain, benar-benar ditunjukkan oleh Camat Yudi pada Selasa minggu kedua (15 Juni) lalu. Hari itu, Yudi melepas 10 ribu bibit ikan lele di Sungai Kaligarang. Tujuannya, untuk menghidupkan ekosistem sungai. Harapan lain, masyarakat bisa merasakan langsung manfaatnya. “Kami bebaskan masyarakat untuk memancing, tanpa merusak habitat sungai. Menangkap ikan tidak boleh menggunakan setrum, jala, dan racun. Biasanya, hasil pancingan digunakan untuk konsumsi pribadi,” kata Yudi.

Menurut Camat Yudi, pelepasan burung perkutut dan bibit ikan lele, baru kali pertama dilaksanakan. Tidak seperti penanaman pohon dan ajakan naik angkutan umum yang kerap dilakukan kecamatan lain. “Ini bentuk kemampuan kita, memanifestasikan dan menerjemahkan kebijakan Pemkot.”

Sayangnya, kegiatan tersebut hanya berjalan dua kali, lantaran kasus positif covid-19 kembali naik. Kendati demikian, Yudi menuturkan bahwa ketiga program tersebut wujud nyata upaya memaksimalkan potensi alam. Ia senang karena mendapat respons baik dari masyarakat.

 

Kecamatan Gajahmungkur memiliki banyak habitat alam, seperti hutan kota, taman, dan sungai (Kaligarang dan Banjir Kanal Barat). Kontur alam dan kondisi geografis di Gajahmungkur, sangat nyaman. Banyak pepohonan rindang dan lingkungannya cukup bersih. Sehingga tidak menutup kemungkinan, kegiatan tersebut akan kembali dilakukan.

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat, juga intens dilakukan. Tujuannya, membantu pelaku UMKM di Gajahmungkur agar eksis di tengah pandemi. Salah satunya, mempromosikan produk-produk UMKM di medsos resmi kecamatan: IG gajahmungkurtop.

“Saya beberapa kali memuat promosi snack. Memang ada yang komplain, instagram dinas kok dipakai untuk promosi. Saya mempromosikan, jangan dianggap pribadi. Ini akun dinas juga untuk memberdayakan masyarakat biar dikenal orang. Terkadang komentar dan persepsi orang beda-beda,” ucap Yudi.

Pihak kecamatan sendiri juga memberikan fasilitas pelatihan kepada para penggiat UMKM. Materi pelatihan terkait produksi, pemasaran, dan manajerial. Semangat dalam membantu perekonomian masyarakat, juga diterapkan melalui gerakan “Belanja di Warung Tetangga”. Dengan begitu, masyarakat turut membantu dan menjalin hubungan baik dengan tetangga. (mg2/mg4/isk)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya