RADARSEMARANG.COM, Magelang – Sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan aset berharga untuk mendukung pembangunan daerah, serta menjaga iklim investasi. Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang pun berupaya memenuhi kebutuhan itu dengan menyiapkan tenaga kerja lokal yang terampil, dan mentalitas teruji melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).
Di BLK itu, para calon tenaga kerja tidak hanya dilatih menjadi pekerja handal, tetapi juga ditanamkan jiwa kewirausahaan. Kepala Disnaker Kota Magelang Gunadi Wirawan menjelaskan, Kota Magelang memiliki potensi mencetak tenaga kerja dengan kompetensi akademik yang dapat diandalkan. Banyak lembaga pendidikan di kota ini melahirkan lulusan yang berprestasi, bahkan di tingkat nasional.
“Banyak lulusan dari Kota Magelang yang bekerja di luar negeri, atau di kota-kota besar Indonesia. Sebagian kecil, bekerja di lokal, dan hanya sedikit yang masih menganggur,” ujarnya.
Pemkot Magelang berusaha cepat menangani para penganggur agar mudah terserap di pasar kerja, maupun mampu membuka lapangan usaha baru. Gunadi menyebut, usaha-usaha baru terus bermunculan di Kota Magelang, baik yang dimiliki oleh putra daerah, maupun dari investor luar. Hal ini berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja turut meningkat
“Maka, kita latih tenaga kerja kita dengan pelatihan berbasis kompetensi,” kata Gunadi.
Jenis-jenis pelatihan yang disediakan di BLK disesuaikan dengan minat masyarakat. Di antaranya kecantikan kulit dan rambut, tata boga, menjahit pakaian sesuai style, montir sepeda motor, desain grafis, pangkas rambut, barista, marketing online, dan servis HP.
Masyarakat yang hendak mengikuti pelatihan ini harus mengikuti seleksi bertahap, agar mendapatkan peserta yang sesuai harapan. Pihaknya ingin peserta pelatihan BLK dapat langsung bekerja atau membuka usaha sendiri. “Karena kita ingin, begitu lulus dari BLK siap untuk kerja, dan atau menjadi wirausaha,” tandasnya.
Gunadi menjelaskan, pelatihan dilaksanakan selama 30-35 hari. Selama pelatihan itu, peserta tidak sekadar mendapatkan ilmu teori tapi juga praktik. Misalnya, peserta pelatihan pangkas rambut diberi kesempatan untuk membuka layanan di kantor Pemkot Magelang, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA dan lainnya.
“Mereka didampingi instruktur saat praktik langsung. Pada kesempatan itu mereka bisa menerapkan ilmu teori pelatihan, dan tentu saja menjadi pengalaman berharga, ” tutur Gunadi.
Di akhir pelatihan, peserta mengikuti ujian kompetensi dan mendapatkan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). “Ini modal besar untuk melamar pekerjaan,” ungkapnya.
Setiap tahun BLK meluluskan sekitar 300 orang yang akan terus dipantau sampai mereka mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha sendiri. Hasil monitoring peserta pelatihan BLK tahun 2020 sampai dengan triwulan dua tahun 2021, dari 250 peserta, 39 di antaranya menjadi pekerja, dan 92 orang sukses menjadi wirausaha.
Sejauh ini, pihaknya telah bekerja sama dengan tim penggerak (TP) PKK di tiap RT untuk mendata pengangguran. Data by name by address itu dikelompokkan tiap kelurahan, kemudian membentuk grup WhatsApp pencari kerja (pencaker).
Grup tersebut memudahkan akses jika ada informasi terkait lowongan pekerjaan. Sebab, beberapa perusahaan lokal mupun perusahaan luar kota kerap meminta difasilitasi untuk dicarikan tenaga kerja sesuai kriteria, dan jabatan yang dibutuhkan.
“Maka informasi lowongan pekerjaan itu kami teruskan melalui grup WA pencaker di 17 kelurahan. Siapa yang berminat bisa langsung mendaftar, dan kami langsung memfasilitasi rekrutmen, mulai dari pemanggilan, sesi wawancara, psikotes dan menyampaikan hasilnya di kantor Disnaker,” ujarnya.
Strategi inilah yang sukses menurunkan angka pengangguran terbuka di Kota Magelang. Pada 2019 lalu, angka pengangguran terbuka tinggal 4,43 persen atau setara 2.500-3.000 orang. Namun terjadi peningkatan sejak pandemi Covid-19 melanda. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Magelang menunjukkan tingkat pengangguran terbuka tahun 2020 menjadi 5.500-6.000 orang, atau 8,59 persen. (prokompim/kotamgl)