27.8 C
Semarang
Wednesday, 25 June 2025

Toa Pek Kong, Sambut Dewa-Dewi Turun dari Kahyangan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Setelah tahun baru Imlek, warga Tionghoa menggelar sembahyang Toa Pek Kong untuk menyambut dewa-dewi turun dari kahyangan, Senin (15/2/2021). Ritual yang digelar di Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok, Semarang ini, biasa dilakukan setiap hari keempat bulan satu tahun baru Imlek.

Sekretaris II Yayasan Kelenteng Besar TITD Tay Kak Sie Ivan mengatakan, ritual Toa Pek Kong yang diselenggarakan setelah Imlek tersebut sebagai tradisi mengundang kembali para dewa-dewi untuk kembali ke bumi. Dalam sembahyang itu, beberapa perwakilan pengurus kelenteng dan biksu mengiringi prosesi Toa Pek Kong dengan membawa tampah besar dan membakar kertas doa, di antaranya kertas tengci, kertas lum bee, dan kertas emas. Api yang menyala dan asap tipis membubung ke langit sebagai pesan bahwa mereka mengirimkankan doa agar dewa-dewi yang menyertai di sejumlah patung di dalam kelenteng untuk hadir kembali.

“Pada 5 Februari lalu, juga digelar sembahyang Toa Pek Kong naik untuk membawa catatan perbuatan umat ke Tuhan. Nah, pada hari keempat bulan satu tahun baru Imlek ini adalah hari turunnya dewa-dewi ke dunia,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM, Senin (15/2/2021).

Ivan menambahkan, tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu. Ia yang mewakili generasi muda, masih menjalani tradisi leluhur mereka. Menurut Ivan, tradisi tersebut harus tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan bagi budaya leluhur.

“Pembakaran kertas doa di atas tampah dimaksudkan sebagai sarana prasarana Toa Pek Kong turun. Isinya semua doa dan harapan supaya tersampaikan.  Tentu saja, kami harapkan mereka turun sambil membawa berkah buat kita semua,” jelasnya.

Wakil Sekretaris Kelenteng Tay Kak Sie, Zhong Zhao Xian menyampaikan, ritual Toa Pek Kong dilaksankan dengan mengantarkan ke khayangan dan memanggilnya kembali. Tradisi tersebut sebagai wujud harapan bagi dewa -dewi yang membawa berkah ke bumi.

Dalam ritual ini, hanya dilakukan oleh internal yayasan saja. Hal ini tentu dilakukan untuk meminimalkan penyebaran Covid-19. Kendati demikian, ritual dilakukan dengan protokol kesehatan ketat, seperti memakai masker dan menjaga jarak. Selain itu, sebelum memasuki kelenteng diwajibkan cuci tangan pakai sabun, dan pengecekan suhu badan.”Walaupun terbatas, umat dan simpatisan sudah memahami kondisi seperti ini untuk melakukan pembatasan sesuai peraturan pemerintah,” paparnya. (ifa/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya