28 C
Semarang
Sunday, 26 October 2025

Pemain Barongsai Naga Mas Pekalongan Mayoritas Muslim dan Non-Tionghoa

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Barongsai Naga Mas merupakan kelompok kesenian barongsai di Pekalongan. Berdiri sejak 8 Februari 1998, dahulu pentas hanya dilakukan di lingkungan kelenteng. Saat itu masih dalam naungan kelenteng Po An Thian Pekalongan.

Di masa pemerintahan Orde Baru, pentas barongsai masih menjadi hal tabu. Tak boleh beraksi di muka umum. Sesekali hanya tampil di kegiatan internal kelompok warga Tionghoa.

Keruntuhan Orde Baru menjadi angin segar bagi pelaku kesenian barongsai dan liong. Apalagi di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, perayaan Imlek boleh digelar secara terbuka. Barongsai boleh pentas di mana saja. Kelompok Barongsai Naga Mas dahulu bernama Naga Laut. Seiring berjalannya waktu, kelompok pecah menjadi Naga Laut dan Naga Mas. Eksistensi Naga Laut pun pudar, hingga menyisakan Naga Mas.

Saat ini Barongsai Naga Mas sudah tidak bernaung pada siapapun. Tidak ada dewan pembina, hanya ada ketua umum yaitu Ciptadi Suganda. Pria berusia 33 tahun yang akrab disapa Acip itu merupakan penerus dari generasi ketiga. Ia menghidupi kelompok Naga Mas dengan kocek pribadi.

Seluruh anggota terus menjaga solidaritas. Mereka berlatih dan pentas tanpa membawa embel-embel agama. Dahulu, barongsai identik dengan budaya asal negeri tirai bambu. Namun, kini barongsai menjadi satu cabang olahraga.

“Karenanya, anggota Barongsai Naga Mas mayoritas dari kalangan pekerja non-Tionghoa. Anggota kami mayoritas Muslim. Hanya 10 persen yang Tionghoa,” ujar Acip di kediamannya.

Usia anggota Naga Mas paling muda 16 tahun dan paling tua 42 tahun. Barongsai yang dimiliki sangat komplit. Di antaranya, jenis Fut San, Hoksan, Peking sai, Lang sai, Gedawangan, Naga dan lain sebagainya. Semuanya diproduksi di Singapura. Naga Mas lebih menganut aliran Barongsai Bebek atau Hoksan. Cenderung ke barongsai wanita atau barongsai selatan. Ciri khas seragamnya merah magenta.

Latihan tidak dilakukan sembarangan, dimulai dengan pemanasan lalu latihan kuda-kuda. Setelah itu baru latihan teknik. “Tekniknya, kita memainkan benda mati, tapi bagaimana membuat benda mati tersebut menjadi hidup. Jadi kita menggunkan hati dan feeling. Kalau untuk teknik atraksi dan akrobat, sudah diajarkan di latihan kuda-kuda,” ucapnya.

Menurutnya barongsai tidak menjual atraksi. Tapi lebih ke bagaimana menghidupkan benda mati menjadi hidup. Perlu keserasian seluruh anggota, tidak ada hal-hal yang berbau ritual atau mistis. Barongsai merupakan perumpamaan singa, di dalamnya harus menyatukan dua nyawa menjadi satu tubuh singa.

Berbagai lakon cerita dikarang untuk dimainkan. Cerita andalannya adalah petualangan seekor singa mencari mangsa. Dia sedang turun gunung untuk mencari mangsa. Dalam keadaan lapar si singa melewati berbagai rintangan untuk mencari makan. Singa harus bertarung untuk mendapatkan mangsanya tersebut.

“Akrobatik tersulit adalah salto. Kedua pemain salto secara bersamaan. Timing-nya harus tepat dan saling percaya. Karena itu, yang sanggup lah yang akan main. Harus perfect,” tutur Acip.

Salto dilakukan ke depan, belakang, dan ke samping. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya. Karenanya, saat latihan sering terjadi kecelakaan yang mengakibatkan luka hingga patah tulang.

Saat pentas, kalau terjadi kesalahan yang marah bukan hanya satu orang. Tapi satu tim yang terdiri dari enam orang. Barongsai dua orang, pemain musik empat orang. Seluruhnya harus serasi. Tabuhan musik harus seirama dengan pergerakan pemain Barongsai. “Perlu latihan hingga satu tahun untuk bisa tampil pentas,” timpalnya. (yan/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya