RADARSEMARANG.COM, Semarang – Permintaan plasma darah semakin meningkat. PMI Kota Semarang sudah melayani 710 kantong plasma darah untuk para penderita Covid-19. Terbanyak pada Desember 2020 dan Januari 2021, masing-masing permintaan 200 kantong dan 350 kantong plasma darah.
Hal tersebut disampaikan Kepala UDD PMI Cabang Semarang dr Anna Kartika Yuliastuti, saat menjadi narasumber Ngobrol Bareng dengan tema Mengenal Terapi Plasma Konvalesen (Seberapa Efektif Menyembuhkan Pasien Covid-19), yang dilaksanakan atas kerjasama RADARSEMARANG.COM dan Satuan Gugus Tugas Covid-19 Pusat, Rabu (10/2) kemarin.
Bahkan, katanya, pagi tadi (kemarin, red) antreannya sudah lumayan, ada 70-an pasien. “Awal pandemi ini kami memang bisa memiliki stok, namun semakin kesini semakin banyak permintaan. Makanya sekarang harus antre,” jelasnya.
Selain itu, tidak semua PMI di Jateng bisa mengambil plasma darah karena keterbatasan alat. Sebab perlu pembuka titer dan lainnya. “Total se-Indonesia hanya ada 34 PMI yang bisa. Di Jateng, baru Semarang, Banyumas, Cilacap dan Solo. Kami bisa bantu PMI Kudus, jika memang mereka punya alat,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wongsonegoro (RSWN) Semarang dr Lia Sasdesi Mangiri sampai saat ini masih melakukan penelitian secara klinis mengenai penyembuhan terapi plasma darah kepada pendirita Covid-19. “Kami sudah melakukan terapi plasma sejak September 2020 lalu. Sudah ada 135 pasien yang diterapi dengan plasma. Memang ada yang sembuh, ada yang meninggal. Yang jelas, pemberian plasma darah harus sesuai planning dan timing yang pas,” katanya.
Sedangkan untuk menjadi pendonor plasma, syaratnya harus memiliki hasil tes PCR negatif 14 hari dan bukan OTG. “RSWN mengimbau pasien yang sembuh turut mendonorkan plasma darahnya. Kalau mau, kami bisa memasukkan ke database. Kami tidak bisa sembarangan menerima donor plasma,” tambahnya.
Sejak awal pandemi sampai Rabu (10/2) kemarin, lanjut Lia, RSWN telah merawat 3.876 pasien Covid-19. Kini, jumlah tempat tidur atau ruang perawatan pasien khusus Covid-19, sudah di angka 50 persen lebih. “Kalau okupansi saat ini sudah turun jadi 50 persen, sebelumnya memang sempat penuh sampai 100 persen,” ujarnya.
Penyintas Covid-19 Hadi Santoso yang juga menjadi pendonor plasma menerangkan sejak sembuh dari Covid-19, ia bertekad membantu sesama sebagai ladang amal. Sebelumnya pria yang menjabat wakil ketua Komisi D DPRD Jateng ini, sempat dirawat 37 hari karena Covid-19 dan termasuk pasien dalam kondisi sedang menuju berat.
“Mungkin jadi pendonor merupakan salah satu cara untuk membantu tenaga medis. Ini kesempatan saya beramal. Apalagi saat ini banyak yang sudah terpapar Covid-19 dan membutuhkan plasma untuk penyembuhan,” katanya.
Direktur RADARSEMARANG.COM Baehaqi yang juga penyitas Covid-19 tidak masuk kriteria pendonor plasma darah, karena OTG (orang tanpa gejala). Kendati begitu, Baehaqi memberikan saran untuk pendataan para penyintas Covid-19 dan yang potensial menjadi pendonor plasma. “Jika ini dimanfaatkan bisa menjadi data base donor plasma. Selama ini kan tidak terpantau,” tutupnya. (den/ida)