RADARSEMARANG.COM, Semarang – Selama pandemi Covid-19, pendidikan anak bukan lagi urusan para guru di sekolah. Tapi para orang tua di rumah juga harus berperan sebagai guru. Para orang tua pun dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.
Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan RADARSEMARANG.COM bersama Satgas Covid-19 dengan tema Menjaga dan Merawat Anak-Anak saat Pandemi yang dilaksanakan Selasa (29/12/2020). FGD tersebut menghadirkan Psikolog Anak Arum Sukma Kinasih; Anggota Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Semarang Enar Ratrianty Assa; dan Guru Bimbingan Konseling SMAN 2 Salatiga Paulina Linda Perwitaningrum.
Salah satu orang tua siswa, Arif Riyanto menceritakan pengalamannya selama mendampingi kedua anaknya sekolah dalam jaringan (daring). Ia tak hanya menjadi guru, tapi harus menyediakan fasilitas berupa dua laptop dan dua handphone untuk mendukung proses belajar dari rumah.
“Tugas orang tua sekarang juga menjadi guru, membimbing, dan mengarahkan. Bahkan harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, agar anak-anak tidak jenuh atau laptopnya digunakan untuk bermain,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Selasa (29/12/2020).
Diakuinya, selama pembelajaran daring ini, memang anak-anak lebih banyak memiliki waktu di rumah. Bahkan, jarang keluar rumah. Namun yang menjadi persoalan, anak-anak kerap meminta syarat dibelikan sesuatu untuk mau belajar. “Ada yang minta handphone dan sepatu. Lha kalau sepatu buat apa? Toh juga sekolah belum dibuka,” kilah Arif.
Pengalaman Arif dalam memantau pembelajaran daring mendapat tanggapan dari Psikolog Anak, Arum Sukma Kinasih. Menurutnya, sebelum mendampingi anak, orang tua disarankan untuk tidak banyak pikiran. Sebab, banyak orang tua yang stres karena circumstance (kejadian yang tidak terduga). “Pandemi Covid-19 ini salah satu kejadian yang tidak terduga. Sehingga pikiran mereka juga dipaksa untuk berubah cepat. Belum ada persiapan apa-apa. Kuncinya orang tua harus bisa kreatif. Jika stres, maka refreshing sejenak,” kata Sukma.
Sukma berpesan, orang tua harus ekstra sabar dan pandai mengatur kecerdasan emosional, dan tahu cara meningkatkannya. Selain itu, orang tua harus memiliki kecerdasan spiritual.
Pandangan lain diungkapkan oleh Guru Bimbingan Konseling SMAN 2 Salatiga Paulina Linda Perwitaningrum. Di tengah pandemi Covid-19, guru harus pandai berkomunikasi dengan orang tua murid. Hal yang sudah dilakukan adalah dengan membuat grup di whatsapp. Itu sangat perlu untuk koordinasi.
“Kadang siswa SMP yang berusia 15-18 tahun curhat ke kami. Ya sebagai guru, kami sebisa mungkin menempatkan sebagai teman curhat. Sering-sering mengingatkan juga, kalau mereka sudah besar. Jadi mereka (siswa, red) harus mandiri,” jelas Paulina.
Jika siswa ada kesulitan dalam belajar, maka harus didampingi. Perlu kerja sama antara orang tua dan guru agar anak mendapatkan hak pendidikannya. Sebab dukungan dari keluarga adalah yang utama.
Selain diskusi dari sisi akademisi, hadir pula narasumber dari Anggota Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Semarang Enar Ratrianty Assa. Assa menilai, menjaga dan merawat adalah bentuk pemenuhan hak. Yaitu berupa hak untuk bahagia. Mewakili Komnas PA, pihaknya intensif melakukan pendekatan ke pemerintah untuk tidak melaksanakan pembelajaran tatap muka. “Tapi di sisi lain, anak-anak juga ingin kembali ke sekolah dan bosan dengan metode daring,” jelas Assa.
Dengan adanya pandemi, tidak menjadi alasan bagi orang tua untuk lengah dalam menjaga anak. Data dari Komnas Anak, hingga September terdapat 74 kasus kekerasan pada anak. Meningkat 60 persen dari tahun lalu. “Meski belum ada update terbaru, ini bisa dilihat bahwa pandemi banyak orang tua yang kaget,” jelasnya. (avi/ida)
