RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Sempat lesu di awal pandemi Covid-19, perajin batik Pekalongan kini kembali bergairah. Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan terus mendorong pelaku usaha melakukan berbagai inovasi untuk menjaga eksistensi batik dalam situasi krisis.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekalongan Sri Ruminingsih dalam focus group discussion (FGD) RADARSEMARANG.COM menjelaskan, industri batik menyangkut hajat hidup orang banyak. Berbagai kendala muncul sejak awal pandemi Covid-19, misal produksi sudah dilakukan. Namun pemasarannya kurang.
“Secara umum, ekonomi sangat terpuruk akibat dampak Covid-19. Apalagi saat awal-awal munculnya pandemi. Beberapa wilayah melakukan pembatasan berskala besar, itu sangat berdampak. Pekalongan sebagai pusat batik mensuplai produknya ke berbagai wilayah tersebut,” ujarnya dalam diskusi via zoom yang bekerjasama dengan Satgas Covid-19 yang diikuti dari berbagai unsur masyarakat, mulai pelaku usaha batik, hingga pegiat media, Rabu (23/12/2020).
Ia menambahkan, pelaku usaha batik di Pekalongan jumlahnya menyentuh angka 800 orang. Namun mata rantai ekonomi yang dijalankan menyangkut hajat hidup banyak orang. Melibatkan penjahit, pembatik cap dan tulis, pengemasan, pemasaran, hingga jasa pengiriman.
Walaupun di tengah krisis pandemi, tidak ada pelaku usaha yang gulung tikar. Meski begitu, mereka banyak mengurangi jumlah produksinya. “Kami mendorong mereka untuk melakukan pemasaran secara online atau digital marketing. Baik itu para pelaku usaha yang memproduksi di rumah, ataupun yang sudah memiliki outlet di sentra batik,” tuturnya.
Berbagai pelatihan dilakukan, menggandeng berbagai instansi. Mereka bersinergi membuat berbagai pelatihan terkait digital marketing. Melalui digital marketing, pemasaran tetap bisa dilakukan. Walaupun ada penurun, namun tidak terlalu drastis.
Pameran secara virtual pun digagas untuk menghadapi pandemi. Rencananya akan direalisasikan pada tahu depan. Hal tersebut karena pandemi covid belum bisa diprediksi keberlanjutannya. “Melalui digital marketing, pemasaran batik Pekalongan menduduki peringkat ke dua setelah di Tanah Abang, Jakarta Pusat. 70 persen supporting batik ini banyak yang online sekarang,” ucapnya.
Selain daring, sentra-sentra batik sudah mulai banyak dikunjungi lagi. Di antaranya Pasar Batik Setono, Gamer, dan Kampung Kauman. Jumlahnya sudah mencapai 60 sampai 70 persen. Perbandingannya dari angka rata-rata jumlah pengunjung sebelum adanya pandemi. Hal itu karena jumlah wisatawan ke Kota Pekalongan terus ditingkatkan. “Jelang Natal dan tahun baru, angka kunjungan terus meningkat. Pelaku usaha harus tetap menjalankan protokol kesehatan,” kata Sri Ruminingsih.
Salah satu pelaku usaha Elfascrat Batik Pekalongan, Hanafi merasakan dampak pembatasan bepergian karena Covid-19. Jumlah pengunjung outletnya di Pusat Grosir Setono sepi pengunjung. “Beberapa bulan, modal kami habis untuk membiayai produksi dan karyawan. Lambat laun, jualan online ditingkatkan intensitasnya demi mendapatkan pemasukan,” ujarnya.
Pihaknya melakukan penghematan dengan mengurangi jam kerja karyawan. Produksi juga dilakukan dengan melihat tren yang sedang ramai. Mengingat pemasaran secara daring lebih dioptimalkan.
Ia hanya bisa pasrah saat Pasar Batik Setono sepi pengunjung. Mengingat pasar tersebut dimiliki oleh swasta, bukan pemerintah. Hanafi pun berharap, Pemkot Pekalongan bisa terus meningkatkan jumlah wisatawan. Promosi batik ke berbagai daerah juga harus dilakukan secara masif. “Penjualan secara virtual itu bagus, namun kunjungan secara fisik tetap dibutuhkan,” tandasnya. (yan/ida)