30 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Saatnya Pelaku Usaha Bangkit Hadapi Pandemi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Magelang – Semangat bangkit yang dilakukan Safia Budi Yuwono, pemilik Rumah Boedi dan Warung Boedi di Borobudur, Kabupaten Magelang, patut diacungi jempol. Di masa awal pandemi, usahanya di sekor penginapan terjun bebas. Budi masih ingat betul malapetaka yang dihadapinya beberapa bulan lalu.

Pada 15 Maret 2020, seluruh pesanan kamar dibatalkan. Baik dari wisatawan asing, maupun wisatawan domestik. Masa-masa kritis itu Budi lalui sampai akhir bulan.  Hingga akhirnya, pada 15 April, sebuah ide muncul dalam kepalanya. Budi ingin menjual makanan kemasan dalam rantang. Ia ingin membuat konsep kembali ke leluhur.

Budi berbagi lika-liku perjalanan usahanya dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar secara daring oleh RADARSEMARANG.COM bekerjasama dengan Satgas Covid-19, pada Senin (21/12/2020).

“Masa itu menjadi titik di mana kami harus melakukan sesuatu. Ibarat kapal, kapal kita bisa tenggelam tidak berbuat sesuatu yang sesuai. Sebagai pelaku usaha swasta, apa yang harus kami lakukan? Kami memang berpikir keras,” ujar Budi.

“Waktu itu mungkin orang-orang berpikir, sebagai pengusaha hotel, jualan rantang itu aneh. Mungkin dianggap bukan pekerjaan hotel. Tapi saya punya semangat. Dan saya nggak boleh malu. Covid memang ada, tapi kita harus tetap semangat,” kata dia.

Budi pun bersyukur usahanya masih berjalan hingga sekarang. Konsep rantangan pun akan tetap dijalankan meski pandemi berakhir. Sebab, Budi sengaja mengusung konsep back to nature. Baginya, setuju dengan moderinasi bukan berarti melupakan tradisi lama. Bahkan, selain rantang, Budi juga mengirim besek ke luar kota.

Alhamdulillah orang-orang terinspirasi soal penggunaan besek. Jadi insya Allah juga bisa berguna buat para perajin di wilayah Magelang. Semoga bisa memberi manfaat ke mereka,” katanya.

Selain Budi, FGD ini juga diikuti Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Magelang. Ada Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Eny Kusumadewi, serta Rokim, Plt. Kepala Bidang Hubungan Industrial, Pelatihan Produktivitas dan Transmigrasi.

Dalam forum ini, Eni mengatakan bahwa dampak pandemi untuk sektor tenaga kerja di Kota Magelang tidak begitu parah ketimbang kota/kabupaten lain. Berdasarkan data Disnaker Kota Magelang, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada 23 orang. Sementara tenaga kerja yang dirumahkan ada 360 orang. Sementara kata Rokim, rata-rata korban PHK juga didasari karena kontrak kerja yang berakhir.

“Yang dirumahkan 360 ini, sesuai data kami juga sudah tidak ada yang dirumahkan lagi,” kata Rokim.

Pernyataan tersebut memancing Luqman, salah satu peserta diskusi, untuk mengajukan pertanyaan. “Bagaimana penanganan Disnaker bagi orang yang terputus kerjanya?” tanya Luqman.

Eni lantas menjawab, Disnaker Kota Magelang tetap menjalankan program-program pendukung ketenagakerjaan. Salah satunya mengadakan program pelatihan kewirausahaan untuk menekan dampak. Di antaranya dengan mengadakan pelatihan desain grafis dan barista.

“Kami juga ada kegiatan padat karya yang bertujuan untuk meningkatkan penghasilan bagi masyarakat terdampak Covid-19,” ujar Eni. (cr3/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya