27.5 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Wisata Dibuka, Okupansi Hotel Merangkak Naik

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Wisata tipis-tipis menjadi hal yang sering dilakukan wisatawan untuk mengusir kebosanan selama pandemi. Apalagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, telah membuka objek wisata dan tempat hiburan agar perekonomian merangkak naik dan berimbas pada pelaku industri pariwisata di Kota Semarang.

Ketertarikan warga untuk melakukan wisata tipis-tipis dan berimbas pada industri pariwisata mengemuka pada Forum Group Discussion (FGD) via zoom meeting yang menghadirkan narasumber Kabid Kesenian Disbudpar Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan, Kamis (18/12).  FGD yang dimoderatori Sulis SA, hasil kerja sama RADARSEMARANG.COM dengan Satgas Covid-19. Diskusi selama satu jam tersebut, diikuti puluhan warga, jurnalis, pelaku industri pariwisata dan yang lainnya.

“Memang wisata tipis-tipis di dalam kota atau ke kota tetangga banyak dijalani, karena faktor risikonya lebih rendah. Tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan (prokes),” kata Ade Bhakti.

Ia menjelaskan, Pemkot Semarang beberapa bulan ini mencoba menggerakkan perekonomian dengan membuka sektor wisata. Syaratnya adalah mengajukan rekomendasi kepada Disbudpar dan melakukan simulasi berupa alur, pembatasan pengunjung, serta penerapan protokol kesehatan.

“Hanya dua objek wisata yang belum buka, yakni Taman Lele dan Lawang Sewu. Pembukaan objek wisata ini, juga berdampak pada industri perhotelan. Awal pandemi, ada 12 hotel yang tutup. Saat ini saya kira okupansi mereka sudah mulai lebih baik karena kembali dibukanya objek wisata,” jelasnya.

Januari 2021 nanti, lanjutnya, Pemkot akan membuka kembali Tinjomoyo dan Taman Lele. Dua wisata alam ini, lanjut dia, berkonsep yang berbeda. Tinjomoyo misalnya, sebagai hutan kota dilengkapi dengan jogging track yang bisa dimanfaatkan wisatawan berolahraga. “Taman Lele juga akan kami buka, disana kami buat konsep baru,” tambahnya.

Dengan berwisata tipis-tipis di kota sendiri, atau wisatawan yang ada, akan memberikan efek positif dari berbagai sisi. Misalnya meningkatkan pendapatan pelaku usaha, karena uang dari para wisatawan ini dihabiskan di Semarang untuk membeli makanan, handycraft, oleh-oleh, ataupun menginap di hotel.

“Dibukanya pelan-pelan ini, harapannya kan ekonomi bisa berjalan pelan, sehingga kalo Covid-19 hilang, daya ungkitnya lebih mudah dibandingkan mandek sama sekali,” bebernya.

Ade menjelaskan, saat ini banyak wisatawan dari luar Semarang yang datang dan menginap di hotel. Dirinya meminta agar pengelola hotel bisa memberikan cek list atau pendataan, agar tracing lebih mudah jika ditemukan kasus penularan Covid-19. “Cek list ini bisa berisi, dari mana, tinggal berapa lama di Semarang, sakit atau tidak, sehingga tracingnya lebih mudah selain menerapkan protokol kesehatan ketat,” pungkasnya.

Director of Sales (DOS) Hotel Dafam Semarang, Jati Mariana mengatakan, sejak dibukanya objek wisata di Semarang, banyak wisatawan atau korporasi yang mulai masuk dan mendongkrak okupansi. “Ya memang ada imbasnya ke okupansi yang merangkak naik, disini kita juga terapkan protokol kesehatan ketat,” kata Jati.

Public Relations Hotel Santika Premiere Semarang, Anna Maria, menjelaskan jika okupansi saat ini lebih baik dibandingkan awal pandemi, bahkan saat ini okupansi bisa dianggap normal seperti tahun lalu tanpa pandemi. Selain itu protokol kesehatan juga diperketat, salah satunya dengan mendapatkan sertifikasi CHSE.”CHSE sudah kita kantongi, tidak sulit karena sebelumnya penerapan protokol kesehatan, disinfeksi ruangan dan lainnya sudah kita lakukan sejak awal pandemi,” tambahnya. (den/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya