RADARSEMARANG.COM, Semarang – Memasuki kuartal IV bisnis properti masih lesu. Prosentase penjualan di angka 30 persen.
Perwakilan DPD REI Jateng Bagian Promosi, Dibya Krisnanda Hidayat mengatakan, penjualan rumah hingga kuartal IV masih rendah. Sementara, tahun lalu di kuartal yang sama bisa mencapai 60 persen. “Akibat pandemi, di kuartal IV masih 30 persen. Ini mengkhawatirkan bagi pengusaha perumahan,” kata Dibya Selasa (17/11/2020)
Menurutnya, rendahnya prosentase bisa memengaruhi pendapatan negara dari sektor properti. Selain itu, juga bisa berdampak kepada penerimaan pajak negara. “Karena rumah itu kebutuhan yang tidak bisa ditunda,” ujarnya.
Dibya menambahkan, tren permintaan jual beli masih cukup tinggi. Karena, dari pengurus kini mempersiapkan regulasi. Dalam hal pembiayaan rumah yang mengambil dengan sistem kredit pemilikan rumah (KPR). Terutama segi pembiayaan dengan menggandeng pihak perbankan. “Kami meminta dari perbankan untuk tetap memfasilitasi relaksasi pembiayaan kredit pemilikan rumah,” bebernya.
Hal tersebut dilakukan agar prosentase penjualan naik. Kendala yang ditemukan, lanjut Dibya, terkadang lembaga perbankan melakukan pengetatan. Terutama dalam realisasi kucuran KPR bagi masyarakat yang mengajukan cicilan rumah. “Ini yang memengaruhi realisasi penjualan rendah,” sebutnya.
Data yang dihimpun, sekitar 85-90 persen transaksi perumahan menggunakan fasilitas KPR. Disitulah masalahnya. Demand-nya ada, tetapi pengucuran KPR kini sangat ketat. Sehingga perlu ada sinergi dari perbankan. Pemerintah juga harus andil agar penjualan perumahan bisa kembali tumbuh.”Dengan melonggarkan syarat pengajuan kredit pembiayaan perumahan,” katanya.
Adapun sektor yang diberi kelonggaran yakni masyarakat yang masuk dalam zona merah. Misalnya sektor usaha kuliner. Menurutnya, sektor kuliner sekarang sudah bangkit. “Di Semarang sektor ini sudah kembali normal. Jadi perlu di update lagi datanya,” tandasnya. (avi/zal/bas)