RADARSEMARANG.COM, Semarang – Meski di tengah pandemi, ternyata Jawa Tengah masih tetap menjadi daerah incaran investor. Buktinya, sampai triwulan III 2020 realisasi nilai investasi yang masuk sudah mencapai Rp 37,5 Triliun. Atau sudah sudah melampaui target secara keseluruhan yang ditentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yakni 27 Triliun.
Triwulan ketiga 2020 investasi yang masuk totalnya sebesar Rp 37.528.012.565.980. Terdiri dari sektor Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 14.734.008.665.980 serta Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMA) sebesar Rp 22.794.003.900.000. Jumlah PDMA mengalami kenaikan yang drastis dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Rp 14.967.483.000.000. “Ini menjadi prestasi yang bagus, meski pandemic ternyata Jateng masih tetap menjadi daerah menarik bagi investor,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Ratna Kawuri.
Ia menambahkan, yang menarik jumlah penanaman modal dalam negeri yang naik mencapai 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu menunjukan, jika investor dalam negeri terus bergeliat dan menjadikan Jateng sebagai jujukan mengembangkan industrinya. “Menggeliatnya modal dalam negeri ini tentu akan berdampak pada perekonomian langsung,” ujarnya.
Realisasi yang diperoleh DMPTSP Jawa Tengah sudah mencapai 139 prosen. Tetapi jika dibandingkan dengan kondisi triwulan tiga di tahun 2019, memang ada penurunan sebesar 20 prosen. Jadi kalau year on year itu ada penurunan, tapi jika dilihat dari Q to Q dari triwulan kedua ke triwulan ketiga itu ada peningkatan. “Jadi di triwulan kedua itu 8,57 triliun sementara triwulan ketiga 9,71 triliun,” tambahnya.
Saat ini Jawa Tengah menempati posisi kelima dalam realiasi investasi secara nasional. Sektor usaha listrik, gas, dan air (energi) masih jadi investasi favorit PMA di Jawa Tengah. kemudia disusul dengan realisasi investasi 692 ribu dolar AS. Kemudian, disusul sektor industri tekstil (112 ribu dolar AS), barang dari kulit dan alas kaki (66 ribu dolar AS), jasa lainnya (22 ribu dolar AS), dan sektor lainnya. “Jepang masih menjadi negara yang paling utama berinvestasi. Baru kemudian Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Tiongkok, British Virgin Island,” tambahnya.
Meski ada penurunan nilai investasi, ternyata serapan kerja di Jawa Tengah justru meningkat drastic. Periode sama tahun 2019, serapa tenaga kerja sebanyak 71.639 tenaga kerja. Terdiri dari PMA 37.116 TKI dan 432 TKA. Sementara PMDN 34.029 TKI dan 59 TKA. Sementara triwulan III 2020 serapan kerja mencapai 129.560. Dengan rincian PMA sebanyak 82.801 TKI dan 463 TAK. Serta PMDN sebanyak 46.160 TKI serta 136 TKA. “Jadi ada lonjakan serapan kerja di Jateng mencapai 80 persen. Ini karena memang kebanyakan usaha di sector padat karya,” tambahnya.
Ratna tidak menampik, pandemi tetap berpengaruh besar pada investasi di Jateng. Baik dampak eksisting, dampak konstruksi, dampak permintaan dan kemitraan. Bahkan, ada sejumlah investor yang sebelumnya berminat menanamkan investasinya kemudian menarik diri karena situasi pandemi yang belum diketahui sampai kapan akan selesai.“Mau tidak mau sebelum mereka menginvestasikan dananya mereka melihat di lapangan seperti apa,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya terus melakukan inovasi dan berkomitmen untuk meningkatkan investasi di Jateng. Sektor industri terus didorong agar investor bisa ke Jateng dan bisa menyerap tenaga kerja semakin besar. Apalagi program Gubernur Jateng sedang menggenjot kawasan industri di Jawa Tengah untuk menarik investor. “Memang berat, tapi kami optimistis akan semakin bertambah mengingat kondisi semakin normal,” tambahnya.
Pemerintah provinsi Jawa Tengah juga terus berkomitmen untuk tetap meningkatkan realisasi investasi dalam masa pandemi ini. Meskipun banyak investor yang menunda investasinya di Jawa Tengah. Bahkan ada investasi yang sedang dalam proses pembangunan namun terpaksa menghentikan sementara prosesnya. Dan untuk menarik kembali investasi ke Jawa Tengah terus melakukan promosi yang efektif dan berkesinambungan serta koordinatif . Salah satunya dengan menggelar Central Java Investment Business Forum (CJIBF) yang merupakan event promosi investasi tahunan berskala internasional. Dimana tahun ini akan dikemas secara virtual melalui webinar. Event ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Bank Indonesia. “Jadi kami terus berinovasi dan mempermudah agar investasi bisa meningkat di Jawa Tengah,” tambahnya.
Tegal dan Semarang Jadi Daerah Favorit Investor
Kabupaten Tegal dan Kota Semarang menjadi daerah favorit baru bagi para investor. Dua daerah tersebut menempati posisi teratas yang menyumbang investasi di Jateng.
Infrastruktur yang sudah bagus, penataan kawasan, serta akses yang tertata menjadikan dua daerah itu sangat menarik bagi investor. Terutama dengan pengembangan kawasan industri yang sedang digencarkan Pemprov Jateng. “Kabupaten Tegal menempati posisi pertama yang menjadi incaran investasi,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Ratna Kawuri.
Salah satu penyebabnya karena di kawasan tersebut menjadi lintasan utama. Selain itu, pembangunan jalan tol serta adanya pelabuhan menjadi akses penti8ng bagi investor. Jalan Tol Trans Jateng selesai membuat sejumlah daerah menjadi penyumbang terbesar. “Infrastruktur yang bagus, SDM yang memadai membuat daerah akan semakin dilirik investor,” ujarnya.
DPMPTSP Jawa Tengah terus menggali berbagai potensi yang ada di setiap daerah. Bahkan, semua daerah terus ditawarkan kepada calon investor agar penyebaranya terus merata dan tentunya sesuai dengan potensi masing-masing daerah. “Jika investasi merata tentu akan bisa berdampak pada ekonomi masyarakat Jateng,” tambahnya.
Pemprov akan memberikan kemudian jika investasi yang masuk bersinggungan dengan Proyek Strategis Nasional (PSN). Hal itu agar investasi di Jawa Tengah tetap jalan, dan jangan sampai berhenti. Karena berdampak pada masa depan dan jangka panjang. “Investasi di Jawa Tengah akan terus kita kebut terus,” tegasnya.
Sejumlah kawasan industry yang dibangun juga berdampak besar pada meningkatnya investasi di Jateng. Selain kawasan industri di Kendal Batang juga nantinya akan dikembangkan kawasan industri di Brebes. Sehingga, upaya menjaring dan menarik calon investor ke Jateng akan semakin optimal. “Kita tawarkan karena kawasan industri sudah ada akan lebih mudah menarik investor,” tambahnya. (adv/fth/bas)