24 C
Semarang
Thursday, 19 June 2025

Jogo Petani dengan Gerakan Lumbung Pangan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kendal — Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak kebahagiaan. Salah satunya dalam bidang pertanian. Maka dibutuhkan kerja sama untuk saling membantu sehingga petani tetap bisa menghidupi keluarganya.

Program Jogo Petani mulai digencarkan Lembaga Amil Zakat Al Ihsan Jateng (Lazis Jateng). Lewat Gerakan Lumbung Pangan, memberdayakan petani dalam hal hasil panen. Di mana hasil panen dibeli dengan harga yang lumayan tinggi untuk kemudian disalurkan kepada warga terdampak Covid-19.

Direktur Penyaluran dan Kaji Dampak Lazis Jateng Didin Pathudin mengatakan Gerakan Lumbung Pangan ini menyasar dua kelompok. Yakni petani dan warga kurang mampu terdampak Covid-19. “Kami melaksanakan jogo tonggo dan jogo petani,” katanya Jumat (23/10/2020).

Diakuinya, petani selama pandemi Covid-19 ini banyak yang merugi. Harga hasil panen, terutama sayur-sayuran, di pasaran anjlok. Penyebabnya salah satunya karena daya beli kebutuhan oleh masyarakat menurun.

Dari hal itu, Lazis Jateng membuat Gerakan Lumbung Pangan. Uang hasil sedekah yang terkumpul dibelikan sayur-sayuran. “Kami beli dengan harga wajar atau normal, sehingga petani ini tetap bisa mendapatkan untung,” katanya.

Dari ide tersebut, kemudian Lazis Jateng bekerja sama dengan kelompok petani sayur di Desa Gondang, Kecamatan Limbangan. Sehingga setiap pekan bisa mendapatkan sayur segar dengan kualitas yang baik.

Hasil panen sayur-sayuran yang terkumpul dari petani dikemas dalam bentuk paket. Kemudian paket sayur dan lauk lainnya itu dibagikan melalui Program Warung Sedekah. Masyarakat bisa mengambil sayur dan lauk lainnya secara gratis. “Kami keliling menggunakan mobil pikap, kami bagi dan ada juga warga yang mengambil sendiri di mobil Warung Sedekah,” jelasnya.

Warung sedekah tersebut, diakuinya sudah terbentuk 15 cabang di kabupaten dan kota di Jateng. Setiap Jumat, satu cabang minimal menyalurkan 300 paket sayur dan lauk kepada warga kurang mampu yang memang terdampak Covid-19. “Di Semarang kami salurkan di Genuk,” katanya.

Salah satu petani, Jumariah, 42, petani dari Desa Gondang, Kecamatan Limbangan mengaku senang. Harga sayuran selama pandemi Covid-19 ini turun drastis. Ia mencontohkan dengan labu siam atau jipang. Saat ini dari petani hanya dibeli dengan harga Rp 300-500 per buah. “Padahal harga normal, Rp 1.500 per buah,” katanya.

Begitu pula harga sawi. Satu ikat dari petani hanya dibeli Rp 500 dari harga normal sebelum Covid-19 Rp 2 ribu. Tomat sayur juga demikian, hanya seharga Rp 3 ribu per kilogram. “Kalau normal bisa mencapai Rp 9-10 ribu perkilo,” kata Jumariah.

Makanya, dengan adanya Gerakan Lumbung Pangan yang digagas Lazis Jateng, ia mengaku senang. “Petani tidak ingin untung banyak, tapi paling tidak kami tidak rugi dan bisa tanam sayur lagi,” jelas Junariyah. (bud/ton/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya