RADARSEMARANG.COM, Semarang – Hingga triwulan ketiga atau per September 2020, Bank Jateng membukukan laba sebesar Rp 1,4 triliun. Bahkan capaian di September 2020 ini, menyamai capaian di periode yang sama di 2019.
Direktur Utama (Dirut) Bank Jateng Supriyatno mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan laba Bank Jateng meningkat. Selama periode new normal, manajemen mengaku berhemat. Proses bisnis di-shifting, hanya memanfaatkan teknologi. Biaya perjalanan dinas, biaya rapat yang biasanya diselenggarakan secara offline berkurang jauh. “Karena hampir semua koordinasi bisa dilakukan melalui rapat online. Efisiensi biaya operasional juga menyumbang perolehan laba,” imbuh Supriyanto, Minggu (4/10/2020).
Meningkatnya laba juga tak bisa lepas dari jalinan mitra Bank Jateng. Manajemen kini menggandeng jaringan ATM Prima, dan ATM Bersama. Kini pihaknya turut menggandeng marketplace dan penyedia layanan dompet elektronik atau e-wallet. Manajemen berusaha memfasilitasi sejumlah transaksi, termasuk pembayaran tagihan. “Ini menjadi salah satu cara meningkatkan potensi laba khususnya di pasar nasabah muda. Mereka kini sudah sangat akrab dengan pembayaran nontunai,” sambungnya.
Karena itu, pihaknya berharap pada sisa beberapa bulan ke depan, laba akan semakin meningkat. Hal tersebut demi menaikkan transaksi dan penerimaan pendapatan daerah di masing-masing wilayah Jateng. “Masih tersisa beberapa bulan lagi. Artinya masih ada peluang untuk tumbuh,” katanya.
Terkait laba, tentu berhubungan dengan pendapatan lainnya. Hingga September 2020, aset telah mencapai Rp 86,297 triliun. Disusul dana pihak ketiga per September 2020 sebesar Rp 70,148 triliun. Ini tumbuh 12,3 persen dibandingkan tahun 2019 pada periode yang sama sebesar Rp 62,445 triliun.
Sedangkan perfoma NPL atau kredit macet Bank Jateng (konvensional) per September 2020 sebesar 3,78 persen dengan ekuivalen sebesar Rp 1,809 triliun. “Alhamdulillah, Bank Jateng masih dalam kategori sehat dan berada di bawah ketentuan regulator yang setinggi-tingginya yakni 5 persen,” paparnya.
Kendati laba diperoleh besar, manajemen terus menggaet nasabah baru. Pihaknya tak ingin berpuas diri. Rencana kerja sama sisa beberapa bulan ke depan akan segera dijajaki. Melalui virtual account, perluasan kanal pembayaran luar negeri segera dilakukan. Agar nasabah dapat bertransaksi melalui jaringan mitra. “Fintech finansial teknologi ini kami yakini bisa menaikkan laba. Kendati demikian, kehadirannya tidak mematikan industri perbankan yang sudah berjalan,” ungkapnya. (avi/ida/bas)