RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng menargetkan 2.151 eksportir terhubung Free Trade Agreement (FTA) Center. Konektivitas ini dilakukan agar para pelaku usaha mudah mengembangkan produk usahanya.
Kepala Disperindag Jateng Muhammad Arif Sambodo mengatakan, FTA Center nantinya terbuka bagi para eksportir. Layanan digital ini, sebenarnya sudah diusulkan Disperindag dari tahun lalu. Kala itu, pihaknya bertemu dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Surabaya. “Baru tahun ini, di masa pandemi Covid-19 kami merealisasikannya,” kata Arif kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (13/9/2020).
Lebih lanjut, pandemi ini memaksa semuanya serba digital. Menghindari tatap muka secara langsung. Adanya FTA, para pelaku usaha nantinya bisa berkonsultasi. Perihal seputar kegiatan ekspor, berbagi dengan tenaga ahli di bidangnya. Praktiknya nanti, ada tiga akses yang bisa dimanfaatkan eksportir. “Nanti eksportir bisa mengakses pada segi pembiayaan dan prosedur ekspor. Bidang implementasi perjanjian perdagangan internasional, serta bidang promosi dan pemasaran,” imbuh Arif.
Menurut Arif, eksportir kini wajib memanfaatkan FTA secara maksimal. Sebab, di FTA tidak ada pungutan biaya dan bebas berkonsultasi. Wadah ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk konsultasi, advokasi hingga pendampingan kegiatan ekspor bagi para pelaku usaha. “Dari 2.151 eksportir dan para pelaku usaha di Jateng, kami harapkan dapat memanfaatkan FTA Center ini. Mengingat efeknya yang sangat baik untuk kegiatan ekspor,” sambung Arif.
Pemanfaatan FTA menjadi penting mengingat geliat ekspor mulai terlihat. Data Disperindag pada akhir Juni lalu, geliat ekspor sudah berada di angka 38 persen, khususnya pada sektor nonmigas. Negara-negara tujuan ekspor sudah membuka kembali kran suplai barang secara global. Arif berharap, kehadiran FTA bisa membantu para pelaku eksportir memaksimalkan usahanya.
“FTA nanti di dalamnya ada coaching program yang gunanya untuk memunculkan para eksportir baru. Istilahnya bibit eksportir potensial di era new normal,” paparnya. (avi/ida/bas)